Seseorang yang ingin lolos UN dengan nilai yang mumpuni harus rela mengeluarkan uang untuk bimbel dan jumlahnya juga tidak sedikit. Akibatnya, sekolah-sekolah negeri hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tingkat ekonominya menengah ke atas.
Sedangkan mereka yang tingkat ekonominya menengah ke bawah harus rela masuk ke sekolah swasta. Padahal yang mampu membayar SPP setiap bulan itu siapa? Mereka dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah atau menengah ke atas?
Jika saya harus jujur, atas fakta tersebut, UN merupakan sistem paling diskriminasi dalam dimensi pendidikan negeri kita. Tidak setuju? Apa ruginya untuk saya?
Kedua, dana BOS saat ini langsung ditransfer ke sekolah tanpa melalui pihak tertentu yang rawan korup. Dan ini merupakan sebuah solusi sederhana atas hilangnya sebagian dana BOS atau kasus mengemisnya pihak sekolah kepada para orangtua siswa.
Apalagi, di tengah pandemi saat ini, dana BOS tersebut dapat digunakan secara fleksibel, tergantung kebijakan kepala sekolah. Yang jelas, Kemdikbud menghimbau agar dana BOS digunakan untuk menunjang PJJ seperti pemberian kuota atau pulsa kepada siswa, fasilitas TIK, termasuk honor guru.
Kabar gembiranya, Kemdikbud telah memberikan bantuan juga kepada sekolah-sekolah swasta dari BOS afirmasi dan kinerja, yang sebelumnya hanya disalurkan kepada sekolah negeri.
Ketiga, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan menjadi satu lembar. Setelah sebelumnya RPP mirip skripsi mahasiswa yang sudah 7 kali direvisi, kini menjadi lebih sederhana dan ringkas, serta mudah dipahami pastinya. Apakah Anda menemukan hal ini di Kemdikbud sebelumnya?
Keempat, untuk pertama kalinya dalam sejarah Perguruan Tinggi negara kita, S1 khususnya, 25% dari SKS-nya bisa dilakukan di luar prodi kampus.
Jika harus blak-blakan, masih banyak sisi cerah pendidikan kita saat ini yang terbengkalai dari perhatian kita, termasuk sistem zonasi yang membuat sumber daya manusia di setiap sekolah lebih merata. Wajar, kita terlalu disibukkan dengan hal-hal yang sungguh tidak terlalu berfaedah: polemik kata "anjay", popularitas odading, atau game fitnah-fitnahan itu.
Walaupun kita keteteran dengan metode PJJ, hal indahnya adalah, kita mulai terbiasa untuk mengadopsi teknologi. Sebagaimana yang kita tahu, perkembangan teknologi begitu dinamis dan sangat penting untuk kita mengikutinya.
Memang, ini belum tentu menjadikan negara lebih baik, tapi ini sungguh menarik untuk melihat pengaruhnya. Dan ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah, bahwa dimensi pendidikan kita harus berkenalan dengan Google Classroom, video conference tool (Zoom), dan sarana-sarana lainnya.