Mohon tunggu...
Muhammad Azzamami
Muhammad Azzamami Mohon Tunggu... Lainnya - Kadang ngaji, kadang bernarasi, kadang berdiskusi

Mahasiswa aktif di Ma'had Aly An-Nur II Bululawang-Malang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Coretan tentang Islam (I)

31 Oktober 2020   07:00 Diperbarui: 31 Oktober 2020   07:10 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering mendengar hadist yang bunyinya gini, "Allah itu memberikan dunia kepada siapapun, yang ia cintai maupun tidak. Namun, untuk masalah agama (keimanan) Allah hanya memberikannya kepada dia yang Ia cintai"...

Secara langsung, pikiran saya menafsiri "yang ia cintai" adalah kita, para muslimin. Mengapa? Iya, mereka, yang diberi nikmat agama (keimanan) oleh Allah, adalah mereka para muslimin. Dari sini, ada pemahaman bahwa ketika seseorang ingin mendapatkan label 'iman', ia harus melalui suatu tahap penting, Islam namanya.

Bagaimanapun, mereka tidak bisa beriman ketika yakin ada Allah, tapi tak mau bersyahadat. Atau yakin akan diutusnya Nabi, tapi tidak mau melakukan sholat, juga belum dikatakan beriman.

Lalu, apakah mereka yang telah muslim, tentu akan beriman...?

Ada sebuah pernyataan menarik yang disampaikan oleh Habib Abdurrahman Assegaf, dalam menjelaskan tentang Arkan al-Din, Pilar Agama...

. مَنْزِلُ الْإِسْلَامُ، وَهُوَمَحَلُّ تَطْهِيْرُ الْجَوَارِحِ الظَّاهِرَةِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَتَحْلِيَتُهَا بِطَاعَةِ عَلَّامِ الْغُيُوْبِ. وَمَنْزِلُ الْإِيْمَانُ، وَهُوَمَحَلُّ تَطْهِيْرِ الْقُلُوْبِ مِنَ الْمَسَاوِى وَالْعُيُوْبِ، وَتَحْلِيَتُهَا بِمَقَامَاتِ الْيَقِيْنِ، لِتَتَهَيَّأَ لِحَمْلِ مَعْرِفَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَمَنْزِلَةُ الْإِحْسَانُ، وَهُوَ مَحَلُّ الشُّهُوْدِ وَالْعَيَانُ.

Potongan itu -secara tidak langsung- menyebutkan ciri Muslimin, Mukminin, dan Muhsinin.

Pertama, seorang muslim adalah mereka yang membersihkan anggota lahiriah dari perilaku² buruk dan dosa. Tak cukup itu, ia juga harus kepada Allah dan berbuat baik kepada siapapun.

Lalu iman. Seorang baru dikatakan "mukmin" ketika ia mampu membersihkan hatinya dari berbagai kotoran, dan memenuhi disetiap relung hati, keyakinan yang akan mengantarkannya "ma'rifat bil-llah".

Dan di Pilar terakhirlah ia akan disebut sebagai Muhsinin, ketika ia telah ber-musyahadah (melihat Allah dengan mata hati) dan selalu merasa diawasi oleh-Nya.

Penulis hanya berfokus pada masalah Muslim atau Islam. Untuk dua pilar selanjutnya, penulis menunggu waktu yang tepat..😊.

Baik, dua hal ciri tadi (ciri seorang Muslim) mungkin sederhana. Namun yang ada, sangat sulit tuk dilakukan. Kita mungkin sudah sholat, puasa juga rajin. Tapi, apakah kita juga rajin menyapa tetangga?. Mungkin kalau masih sama-sama muslim, akan lebih mudah. Kalau dia non-muslim?, apakah serajin kita menyapa kepada yang muslim?. Itu masih masalah menyapa, belum kalo diundang acara atau dimintai pertolongan atau mungkin sekedar "ater-ater" kalo kita punya hajat, udah laen..

Lebih jauh lagi, Sahabat Hudzaifah al-Yamani pernah ditanya,

مَنِ الْمُنَافِقُ ؟. قَالَ اَلّذِيْ يُصَفُ بِالإِسْلَامِ  وَ لاَ يَعْمَلُ بِهِ

Siapa orang munafiq itu?. Mereka adalah yang mengaku Islam, namun tak melakukan ajarannya.

Ironis ketika kita melihat orang yang justru tampak islami, berjubah, celana udah cingkrang, dan tak lupa jenggotnya agak tebalan, namun tak mencerminkan Islam samasekali. Tak menaruh hormat samasekali pada saudara seagamanya.

Ketika kita mau membaca sirah Nabi secara jernih dan mau berpikir logis, betapa nabi itu baik sekali dengan nenek Yahudi yang menjadi hatters yang sangat vokal. Atau kesabaran nabi yang hampir tiap hari dijatuhi kotoran oleh pemuda Yahudi. Itu adalah sikap nabi kepada non-muslim, kepada sesama muslim?, Jangan tanyakan lagi.

Mari, sebagai seorang muslim, sudah tanggung jawab kita bersama untuk baik, sopan, dan hormat kepada siapapun. Tak pandang agama, suku, budaya, latar belakang, dan apapun, selama tidak melanggar larangan Allah, adalah tugas kita untuk menjalin persaudaraan kepada mereka.

Jangan jadikan sebuah "perbedaan" menjadikan cambuk yang menyakitkan bagi kita. Jadikan perbedaan itu sebagai rahmat, nikmat yang selalu disyukuri...

Ingat, pesan lagu Deen Assalam

اَبْتَحِيَةْ وَبْسَلَامْ

اَنْشُرُوْا اَحْلَى الْكَلَامْ زَيْنُوْا الدِّنْيَا حْتِرَامْ

اَبْمَحَبَّةْ وَابْتِسَامْ

ااَنْشُرُوْا بَيْنِ الاَنَامْ هَذَا هُوْا ديْنَ السَّلَامْ

⁦☺️⁩.

Muhammad Az-Zamami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun