Baik, dua hal ciri tadi (ciri seorang Muslim) mungkin sederhana. Namun yang ada, sangat sulit tuk dilakukan. Kita mungkin sudah sholat, puasa juga rajin. Tapi, apakah kita juga rajin menyapa tetangga?. Mungkin kalau masih sama-sama muslim, akan lebih mudah. Kalau dia non-muslim?, apakah serajin kita menyapa kepada yang muslim?. Itu masih masalah menyapa, belum kalo diundang acara atau dimintai pertolongan atau mungkin sekedar "ater-ater" kalo kita punya hajat, udah laen..
Lebih jauh lagi, Sahabat Hudzaifah al-Yamani pernah ditanya,
مَنِ الْمُنَافِقُ ؟. قَالَ اَلّذِيْ يُصَفُ بِالإِسْلَامِ وَ لاَ يَعْمَلُ بِهِ
Siapa orang munafiq itu?. Mereka adalah yang mengaku Islam, namun tak melakukan ajarannya.
Ironis ketika kita melihat orang yang justru tampak islami, berjubah, celana udah cingkrang, dan tak lupa jenggotnya agak tebalan, namun tak mencerminkan Islam samasekali. Tak menaruh hormat samasekali pada saudara seagamanya.
Ketika kita mau membaca sirah Nabi secara jernih dan mau berpikir logis, betapa nabi itu baik sekali dengan nenek Yahudi yang menjadi hatters yang sangat vokal. Atau kesabaran nabi yang hampir tiap hari dijatuhi kotoran oleh pemuda Yahudi. Itu adalah sikap nabi kepada non-muslim, kepada sesama muslim?, Jangan tanyakan lagi.
Mari, sebagai seorang muslim, sudah tanggung jawab kita bersama untuk baik, sopan, dan hormat kepada siapapun. Tak pandang agama, suku, budaya, latar belakang, dan apapun, selama tidak melanggar larangan Allah, adalah tugas kita untuk menjalin persaudaraan kepada mereka.
Jangan jadikan sebuah "perbedaan" menjadikan cambuk yang menyakitkan bagi kita. Jadikan perbedaan itu sebagai rahmat, nikmat yang selalu disyukuri...
Ingat, pesan lagu Deen Assalam
اَبْتَحِيَةْ وَبْسَلَامْ
اَنْشُرُوْا اَحْلَى الْكَلَامْ زَيْنُوْا الدِّنْيَا حْتِرَامْ