Hari terus berlalu meninggalkan kenangan yang di sebut masalalu. Perlahan ku raih masa depan dan hal hal baru.
Jam dinding seakan berputar cepat, tibalah aku di tahun baru 2022.
Semua nampak sama saja, tak ada yang berbeda. Aku masih mengingat waktu waktu kehilangan meski telah ku tinggal jauh di belakang.
Aku yang pengangguran tak berguna, mulai mendapat secercah cahaya pundi pundi rupiah.
Orangtua ku tentu senang, karena aku tidak lagi menjadi beban nya. Aku pun merasakan hal yang sama. Senang karena bisa berbagi kebahagiaan sebagai salah satu bakti anak terhadap orangtua nya.
Januari, Februari aku lewati dengan lancar meski sedikit ada hambatan layaknya kehidupan normal.
Hal tak terduga kembali menyapa, di penghujung Maret, tepatnya 25 Maret 2022. Sehabis melaksanakan sholat Jum'at. Â Kala itu matahari sangat terik. Aku pulang dengan senang. Disambut dengan senyum mamah dan anak kecil rese yang baru saja selesai mandi.
Hari itu dia sangat antusias bermain dengan ku. Tidak lama ku bermain dengan nya, sekitar 5 menit. Lalu aku pamit kepada mamah karena ada urusan kerjaan.
"Mah, Kiki ke atas dulu ya. Ada urusan kerjaan" Bicara ku pada mamah
"Iyaudah" sahut mamah dari dapur
Semua tampak biasa, seolah tak terjadi apa apa.
Baru sebentar aku keluar rumah, seorang tetangga mengabarkan ada suara minta tolong dirumah ku.
Sontak aku kaget dan bertanya, ada apa ?
Fikiran ku mulai berantakan .
Aku lari masuk ke dalam rumah, dan aku melihat mamah sudah tidak lagi sadarkan diri.
Lemas sekujur badan ku saat itu, tapi aku masih berusaha menggenggam tangan mamah sambil berkata "Mah bangun, mamah kuat, bangun mah"
Tidak ada respon sedikit pun dari wanita cantik ku ini.
Segera mamah dilarikan ke rumah sakit terdekat, berharap mamah tertolong dan bisa sadar.
Sungguh ajal tidak ada yang tahu. Baru sebentar mamah di periksa di ruang IGD. Semua suster dan dokter langsung keluar. Dengan senyum harap aku bertanya "Mamah gimana keadaan nya?"
"Mamah udah gaada" Sahut Tante ku yang juga suster di rumah sakit itu.
Mendengar kalimat itu, Aku serasa di dunia lain. Ku raih tangan nya, ku cium dan ku peluk berharap mamah bisa sadar lagi.
Ruang itu penuh tangis dan harap. Tangis dari orang yang ditinggalkan dan harap kembali dari yang sudah pergi.
Benar kata orang, tidak ada patah hati yang lebih patah dibandingkan dengan kepergiaan orangtua.
Tidak ada hancur yang lebih hancur dibandingkan dengan kehilangan nafas cinta pertama nya.
Dan tidak ada sakit yang lebih sakit dibandingkan kehilangan surganya.
Tulisan ini aku buat untuk mu mah. Dengan ketikan penuh kerinduan meski kita sudah tak bisa saling bersentuhan.
Doa terbaik untukmu di sisiNya.
I Love You mah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H