"Kami memberikan kebebasan penuh untuk bertindak kepada tentara, Shin Bet dan semua pasukan keamanan untuk mengalahkan teror," kata Bennett dalam pidato publik di Tel Aviv.
Pernyataan Bennett datang tidak begitu saja. Beberapa hari sebelumnya, ada gelombang serangan di pusat ibu kota Israel, Tel Aviv. Dalam menanggapi serangan tersebut, Shin Bet atau Dinas Keamanan Umum Israel membalasnya dengan membunuh pemuda Palestina yang diduga sebagai pelaku.
Diketahui, pemuda Palestina itu bernama Raad Fathi Hazem, 28, berasal dari kamp pengungsi Jenin. Ia dibunuh di dalam masjid di kota Jaffa, dekat Tel Aviv, karena bersembunyi di dalamnya.
Selain itu, Bennet juga telah memerintahkan untuk menutup jembatan penyeberangan Al-Jalama hingga pengumuman lebih lanjut, dengan maksud untuk membatasi pergerakan ke dan dari Jenin.
Ramadhan dan Hari Paskah Yahudi
Bulan suci Ramadhan, dari 16 hingga 22 April, tahun ini bertepatan dengan Paskah Yahudi. Pemukim Yahudi ekstremis menganggap ini sebagai alasan yang cukup untuk membobol Masjid Al-Aqsha.
"Semuanya siap untuk pengorbanan Paskah di sana-sini," kata Rabi Yehuda Cruz, salah satu rabi dari New Sanhedrin.
"Para imam sudah siap dan pakaian mereka sudah siap," lanjutnya.
Pemimpin gerakan ekstremis Return to the Temple Mount, Raphael Morris, telah mengajukan permintaan resmi kepada polisi Israel untuk mengizinkan dirinya beserta pengikutnya mempersembahkan 'pengorbanan Paskah'di Masjid Al-Aqsa pada Jumat malam, 15 April mendatang.
Menurut anggota Knesset sayap kanan Itamar Ben-Gvir tepat sebelum Ramadhan mengatakan, "Siapa pun yang mengendalikan Al-Aqsa, maka ia menguasai seluruh tanah Israel, dan musuh kita memahami itu."
Pada akhirnya, dampak dari fobia ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada yang telah terjadi pada Mei tahun lalu, atau bahkan dapat mengalihkan perhatian dunia dari Ukraina ke tanah Palestina.