Mohon tunggu...
Hasan Izzurrahman
Hasan Izzurrahman Mohon Tunggu... Penulis - Diam Bersuara

Peneliti multidisiplin. Mengkhususkan diri dalam ilmu politik, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, dan hak asasi manusia. Kontak saya di hasanizzul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

UEA, Negara Kecil di Teluk Menuju Kekuatan Adidaya?

7 April 2022   18:51 Diperbarui: 8 April 2022   04:55 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burj Khalifah di Dubai, UEA. REUTERS/Mohammed Salem 

Bulan lalu kita tersajikan berita bahwa ada pertemuan yang 'berbeda'. Ketika kebanyakan negara memberikan berbagai sanksi kepada Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), justru sebaliknya. Kedua negara dilaporkan telah melakukan serangkaian pertemuan tingkat tinggi.

Beda halnya jika Amerika Serikat atau Inggris bertemu dan duduk bersama dengan Rusia, kemudian membahas permasalahan 'dunia mereka', agaknya sudah biasa. Lantas ini ada negara kecil di Teluk ujuk-ujuk minta ketemuan. Memangnya UEA ini bisa apa? 

Dilaporkan, Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan pada 17 Maret 2022 telah bertemu dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow.

Keduanya membahas kerja sama antar mereka dan mencari cari bagaimana meningkatkan kemitraan bilateral strategis mereka di berbagai bidang.

Para pejabat bertukar pandangan tentang perkembangan dan tantangan utama terkait keamanan dan stabilitas di Timur Tengah dan Afrika, serta "konflik" antara Rusia dan Ukraina. Mereka juga membahas stabilitas pasar energi dan komoditas global, termasuk pasokan biji-bijian global.

"UEA akan terus menjadi mitra internasional yang efektif dan kredibel melalui kerjanya dengan organisasi regional dan internasional," ujar Menlu Al Nahyan.

"UEA akan bekerja dengan Federasi Rusia untuk menemukan solusi yang sesuai untuk masalah di suatu cara yang menjamin tercapainya keamanan dan stabilitas regional dan internasional,” tambahnya selama konferensi pers bersama Lavrov di Moskow.

Pada saat yang sama, menlu UEA berkata: "Kami juga menegaskan kesiapan penuh kami untuk terlibat dengan semua pihak demi mencapai kesepakatan gencatan senjata," mengacu pada perang Rusia di Ukraina.

 "UEA akan terus menjadi mitra internasional yang efektif dan kredibel," Menlu UEA.

Dari kunjungan UEA ke Moskow di tengah gempuran sanksi Barat terhadap Rusia tersebut, ada banyak hal yang dapat kita pahami bersama. Apakah UEA memnuhi syarat untuk menjadi negara adidaya?

Al Nahyan berbicara seolah-olah dirinya adalah seorang pemimpin negara adidaya; negara yang merupakan pemasok dan pemberi pengaruh teratas.

Dia berbicara tentang keprihatinan negaranya tentang pasar global, minyak, makanan, biji-bijian, stabilitas dan hukum humaniter, seolah-olah dirinya dapat mengubah situasi global.

Faktanya, keanggotaan UEA di OPEC selalu dipertaruhkan karena mayoritas orang yang mengoperasikan industri eksplorasi migas dan ladang gasnya yang luas adalah warga negara asing. Jika ada tanda-tanda masalah, para pekerja asing itu bisa melarikan diri, memaksa sektor itu runtuh. 

Negara-negara lain bergantung pada berbagai industri yang berkontribusi pada pembangunan global di sejumlah bidang dan dengan demikian meningkatkan ekonomi mereka sendiri. UEA tidak demikian.

UEA, seperti kebanyakan Negara Teluk lainnya, mengimpor sebagian besar makanan dan pasokan medisnya.

Di tingkat regional, UEA adalah mitra dagang terbesar kedua Iran setelah China. Kekuatan global sedang dalam pembicaraan dengan Teheran untuk menghentikan program nuklirnya.

Hal ini bisa jadi faktor paling mempengaruhi UEA, namun tidak termasuk dalam pembicaraan atau diminta untuk membantu membuat Teheran mengikuti kesepakatan nuklir, mengingat hubungannya dengan Iran yang tidak harmonis.

Di bidang teknologi, UEA punya Abu Dhabi Advanced Technology Research Council, sebuah dewan penelitian pertama di Timur Tengah.

Dewan ini dibentuk untuk membentuk penelitian dan pengembangan teknologi transformatif. Namun demikian, hingga kini belum menghasilkan kontribusi nyata bagi dunia teknologi. UEA bahkan menggunakan malware Israel untuk memata-matai warganya sendiri, karena tidak memiliki alternatif buatan lokal.

UEA telah melangkah lebih jauh dengan menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel. Bukan tanpa sebab, UEA tidak memiliki industri senjata sendiri dan bergantung pada AS serta kekuatan global lainnya untuk menyediakan senjata yang dibutuhkannya.

Sebagai imbalan untuk membangun hubungan dengan musuh lamanya, UEA akan menerima kontrak untuk membeli jet tempur F-35, kesepakatan yang sejak itu telah dibekukan oleh Amerika.

Dengan mengingat hal ini semua, kunjungan Al Nahyan ke Moskow agaknya tidak memiliki arti apa-apa. Untuk menjadi negara adidaya saat ini, UEA belum cukup kuat.

Sebuah negara yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, senjata dan tenaga kerja global lemah dan tidak dapat memainkan peran yang kuat dalam skala regional maupun global.

Meskipun begitu, UEA menyadari kelemahannya dan terus mempertahankan posisi globalnya dengan menyanjung dan membeli posisinya dengan kekuatan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun