Mohon tunggu...
Hasan Izzurrahman
Hasan Izzurrahman Mohon Tunggu... Penulis - Diam Bersuara

Peneliti multidisiplin. Mengkhususkan diri dalam ilmu politik, hubungan internasional, kebijakan luar negeri, dan hak asasi manusia. Kontak saya di hasanizzul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Timur Tengah dalam Pusaran Konflik Rusia-Ukraina

2 Maret 2022   22:21 Diperbarui: 4 Maret 2022   05:50 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, Arab Saudi dilaporkan telah menolak proposal Amerika Serikat untuk memompa lebih banyak minyak mentah dan memutuskan untuk mendukung kesepakatan antara Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan Rusia, atau yang dikenal dengan akronim OPEC+, yang berfokus pada memperbanyak produksi.

Senada dengan tetangganya, Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan telah membahas keberlangsungan kerjasamanya dengan Presiden Vladimir Putin mengenai minyak OPEC+. Kedua negara berjanji untuk melanjutkan koordinasi di pasar energi global.

Krisis Gandum

Baik Ukraina maupun Rusia adalah salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia, dengan mewakili sekitar 29 persen dari pasokan global, di mana banyak negara di kawasan Timur Tengah sangat bergantung.

Mesir, Lebanon, Yaman dan negara-negara Arab di Afrika Utara, khususnya Libya dan Maroko, menghadapi krisis "roti" yang akan datang karena harga gandum terus melonjak dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Ukraina-Rusia.

Lebanon sangat rentan karena mereka bergulat dengan tantangan keamanan pangan mereka sendiri. Sementara konflik berkepanjangan telah menewaskan sekitar 377.000 orang di Yaman dengan 60 persen di antaranya meninggal karena kelaparan atau masalah kesehatan lainnya.

Di Mesir, krisis gandum ini mengingatkan kita insiden mengenaskan ketika harga roti melambung tinggi sehingga menyebabkan kerusuhan pada 2017 silam. Yang menarik, orang Mesir menyebut roti dengan kata "Eish" yang bermakna kehidupan. Jadi, ketika mereka tidak dapat mengakses "kehidupan" itu, maka pertaruhannya akan sangat mahal.

Lalu bagaimana sekarang?

Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, beberapa pemerintah Arab kini telah mengambil posisi publik yang jelas. Di antara mereka juga telah menawarkan secara terang untuk memainkan peran dalam meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Namun demikian, tidak sedikit dari mereka lebih memilih untuk menunggu dengan penuh kehati-hatian bagaimana seharusnya bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun