Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Tak ada yang tetap dibawah langit

Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seragammu yang Menguasai

9 Februari 2022   16:08 Diperbarui: 9 Februari 2022   16:30 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tulisan ini mencoba mengurai seragam dan keseragaman  yang tak sekedar pembeda juga sebagai ekspresi simbolik yang hirarkis. Bersandar pada pendekatan Perspektif sosiologi politik, antropologis dan bahasa itu sendiri.

Singkat kata. "Berseragam" itu lebih terkait pada hubungan simbolik dan sosial (baca-pierre Bourdieu)  yang melekat pada diri anda ketimbang pada apa yang sesungguhnya anda kenakan. Seragam itu sendiri adalah simbol legitimasi keanggotan sebuah organisasi. Dengan demikian pakaian berfungsi ganda. 

Pertama seragam membedakan anggota sebuah kelompok dengan anggota kelompok lain dan masyarakat luar secara keseluruhan. Kedua, seragam memberikan kepatuhan kelompok dengan mengeliminasi pemakaian lambang lambang eksternal. 

Sifat seragam dalam hal ini sangat paradoksal antara demokratis sekaligus elitis. Seragam menampakkan dan menyembunyikan status, seragam menunjukkan status pemakainya sebagai anggota kelompok tertentu kepada orang luar, sekaligus menghapus seluruh indikator eksternal mengenai status atau asal usul dalam kelompok itu sendiri.

Seragam adalah alat untuk menerapkan perintah dan kontrol dalam sebuah kelompok sekaligus menciptakan identitas pemakainya. ****

Kita sering menjumpai di pasar pasar, mall dst yang mana semuanya menunjukkan realitas pakaian dan barang lainnya. Demi kode gensi sosial banyak di antara kita rela menghabiskan banyak uangnya hanya untuk membeli pakaian pakaian atau barang barang mahal untuk memamerkan status sosialnya sekaligus membedakan dirinya dengan kebanyakan orang. Jadi disini pakaian memiliki fungsi hirarkis.

Pierre Bourdieu dengan konsep  Kekerasan simbolik atau symbolic violence aturan yang tak terucap dan bersifat halus yang ada pada  pakaian, seragam yang memungkinkan adanya distingsi sosial.

******
Sebuah contoh ilustrasi sederhana sekaligus jenaka.
Bagaimana seragam dapat berfungsi secara praktis yang dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan.
Di sebuah area perjudian apapun bentuk dan jenis perjudiannya, orang orang berkumpul untuk berjudi, tiba tiba datang sekolompok orang yang berseragam, masing masing dari mereka memegang palu atau semacamnya sebagai simbol kekuatannya. 

Kelompok ini adalah kawanan Hansip yang hendak membubarkan para penjudi tersebut, faktanya bukannya berhasil membubarkan dan menghentikan aktivitas perjudian itu malah mendapat reaksi berbalik dari para penjudi yang masing masing berlatar belakang preman. Hansip Yang tadinya hendak mengusir penjudi malah Hansip itu yang bubar, lari terbirit birit di usir oleh kawanan preman tadi. 

Lain ceritanya jika yang datang adalah kelompok Polisi yang berseragam dengan memegang pistol masing masing, hampir bisa di pastikan kelompok penjudi itu tidak akan memberi reaksi perlawanan dan berujung pada bubarnya perjudian itu. Berdasarkan ilustrasi sederhana dan agak jenaka di atas setidaknya memberi kita gambaran tentang bagaimana seragam dan keseragaman itu memberi kedudukan dan legitimasi terhadap kelompok tertentu.  

Hansip meskipun berseragam dan memiliki tugas pengamanan kampung akan tetapi legitimasinya kurang kuat dimata masyarakat dan kadang jadi bahan olok-olokan oleh oknum tertentu berbeda dengan Polisi yang memiliki idiom di masyarakat sebagai orang yang kuat, orang yang mempunyai pistol dst.  Dalam ilustrasi ini tentu penulis tidak mendelegitimasi kedudukan Hansip tersebut, akan tetapi dapat memberi gambaran kasuistik terhadap dua lembaga berseragam tadi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun