Seperti juga orang jawa yang sering mengadakan selamatan. Orang jawa meniatkan untuk mengungkapkan rasa Syukur atas titipan oleh yang maha kuasa. Maka dalam selamatan tidak hanya untuk berkumpul untuk makan-makan namun juga memiliki niat untuk bersedekah dan juga mempererat tali silaturahim.
Nilai yang ketiga yang dimiliki oleh orang jawa adalah emosional-intuitif. Orang jawa selalu mengedepankan rasa. Dalam istilahnya yaitu “sungkan lan unggah-ungguh” yang berarti tenggang rasa dan menghormati orang lain.
Nilai keempat yang diyakini oleh orang jawa adalah ketentraman dan kemapanan. Orang jawa lebih suka hidupnya tentram, mapan, nyaman daripada dikejar-kejar untuk berkompetisi dalam mencari kemenangan. Memang dalam kebiasaannya orang jawa banyak yang agraris atau Bertani. Sehingga ketika selesai menanam orang jawa hanya menunggu dan tidak berkompetisi untuk menang. Karena orang jawa tidak suka untuk berkompetisi mereka lebih suka untuk menerima apa adanya yang penting berusaha dulu.
Dan nilai terakhir adalah orang jawa selalu melihat segala sesuatu secara holistic atau menyeluruh tidak parsial atau setengahnya saja. Juga bersifat puitis, karena orang jawa suka hal-hal yang bersifat simbolik atau makna yang memahami suatu objek. Maka dilihat dari sastra jawa, yang mana gayanya jauh berbeda dengan sains modern yang bersifat deskriptif. Contoh hal simbolik dari budaya jawa adalah serat-serat jawa yang diterangkan secara simbolik. Seperti serat yang menceritakan tentang Kerajaan majapahit yang mana tidak disebutkan berdiri dan runtuhnya Kerajaan tersebut. Melainkan diganti dengan gaya yang simbolik untuk mengganti penyebutan tahun tersebut. Tujuan adalah untuk menghadirkan gaya bahasa yang puitis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H