Mohon tunggu...
Muhammad Faizal Indra Saputra
Muhammad Faizal Indra Saputra Mohon Tunggu... lainnya -

Ingin Menjadi Orang yang Berguna Bagi Keluarga, Teman, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Stratifikasi Sosial Dalam Komunitas Bahasa Jawa

8 Juli 2013   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:52 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika mendengar stratifikasi sosial dalam komunitas Bahasa. Apa yang pertama kali muncul dalam benak anda? Apakah penting untuk memahami stratifikasi sosial dalam suatu bahasa tertentu? Apakah stratifikasi sosial yang menciptakan suatu komunitas bahasa? Atau komunitas bahasa yang menciptakan stratifikasi sosial? Dalam tulisan ini saya ingin membahas tentang Stratifikasi Sosial Dalam Komunitas Bahasa Jawa. Alasan saya memilih judul ini karena, walaupun saya berdarah setengah Jogja dan setengah Bugis, serta saat ini berdomisili di Sorong, Papua. Tetapi saya lahir dan besar di Jogja. Inilah yang membuat saya tertarik untuk menulis artikel ini, dan semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi yang membaca.

Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah, perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Bahasa Jawa sendiri adalah bahasa daerah yang masuk dalam Rumpun Bahasa Austronesia dan berasal dari pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki beberapa jenis bahasa daerah yang berbeda, dan masih digunakan oleh masyarakatnya sampai sekarang seperti bahasa Betawi, Sunda, Tegal, Bahasa Jawa, dan lain sebagainya. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk Suku Bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten  terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang. Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon, kabupaten Cirebon, Yogyakarta, Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur di Indonesia.

Stratifikasi sosial secara langsung ataupun tidak langsung akan terjadi dalam masyarakat sosial. Tidak terkecuali di pulau jawa itu sendiri. Ada banyak kriteria dalam stratifikasi sosial seperti  dalam kekayaan, pekerjaan, kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan, bahasa, dan lain sebagainya. Stratifikasi sosial merupakan salah satu faktor penting yang membuat bahasa jawa memiliki berbagai macam dialek dan kosa kata yang berbeda dalam suatu arti kata, serta membuat bahasa jawa memiliki versi yang bermacam-macam.

Pulau Jawa memiliki lingkungan wilayah yang luas. Faktor lingkungan ini membuat masyarakat membentuk kelompok sosial yang berbeda-beda dan menyebar di seluruh wilayah pulau Jawa. Adanya kelompok masyarakat sosial yang berbeda ini membuat bahasa Jawa berkembang mengkuti adat dan budaya yang berlaku dalam kelompok masyarakat sosial tersebut. Hal ini akhirnya menciptakan dialek dan kosa kata baru yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Contohnya bahasa Jawa yang digunakan di Jogja dan solo memiliki logat atau dialek dan beberapa kosa kata yang berbeda dengan Surabaya dan Tegal. Dari aspek dialek kiata dapat menyebut daerah Jogja dan Solo memiliki dialek bahasa yang halus, daerah Surabaya memiliki logat Surabaya, dan daerah Tegal  memiliki logat bahasa  yang khas yang disebut “ngapak-ngapak”. Dari aspek kosa kata juga memiliki beberapa perbedaan. Berikut dibawah ini contohnya.

Jogja dan Solo

Surabaya

Tegal

Indonesia

Ora/mboten

Gak

Kagak

tidak

Niku

Kui

Kuik

itu

Pripun

Piye

Kepiyek/Kepriben

bagaimana

Kula

Aku

Inyong

saya

Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964). Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley meneliti tentang variasi dialek dalam Bahasa Jawa, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

Kelompok Barat

1.dialek Banten

2.dialek Cirebon

3.dialek Tegal

4.dialek Banyumasan

5.dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)

Tiga dialek terakhir biasa disebut Dialek Banyumasan

Kelompok Tengah

1.dialek Pekalongan

2.dialek Kedu

3.dialek Bagelen

4.dialek Semarang

5.dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)

6.dialek Blora

7.dialek Surakarta

8.dialek Yogyakarta

9.dialek Madiun

Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).

Kelompok Timur

1.dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)

2.dialek Surabaya

3.dialek Malang

4.dialek Jombang

5.dialek Tengger

6.dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing)

Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).

Kemudian stratifikasi sosial dalam kriteria kehormatan juga terjadi dalam bahasa Jawa. Di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta memiliki bahasa Jawa yang lebih halus dan lebih tinggi kriteria kehormatannya dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini terjadi karena dipengaruhi lingkungan kerajaan yang ada di Jogja dan Solo. Faktor kehormatan dan sopan santun dalam lingkungan kerajaan ini juga berpengaruh pada masyarakat di sekitarnya. Hal ini membuat di daerah Jogja dan Solo memilki dua bahasa yaitu bahasa jawa Ngoko (kasar) dan Bahasa Jawa Kromo (Halus). Bahasa Jawa Ngoko Biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang yang sebaya dengan kita atau dengan orang yang lebih muda. Sedangkan bahasa Jawa Kromo digunakan untuk berbicara dengan  orang yang lebih tua dari kita atau orang yang kita hormati. Perbedaan Bahasa jawa Ngoko dan Kromo Terdapat pada kosa kata yang digunakan dan tekanan  nada suara ketika kita berbicara. Berikut di bawah ini contohnya

Bahasa Jawa Kromo

Bahasa Jawa Ngoko

Bahasa Indonesia

Panjenengan

Kowe

Kamu

Mustoko

Endas/sirah

Kepala

Tiang

Uwong

Orang

Tindak

Lungo

Pergi

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa stratifikasi sosial memberikan efek besar yang membuat bahasa yang sama memiliki beberapa perbedaan. Oleh karena itu stratifikasi sosial tidak dapat dilepaskan dari suatu komunitas bahasa.

Komunitas berasal dari bahasa latin comunitas yang berarti kesamaan. Komunitas sendiri berasal dari kata comunis yang berarti sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu, yang saling berinteraksi da mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Karena komunitas memiliki pride identity yang mewakili hal yang diyakini oleh komunitas tersebut.

Nama dari suatu komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut seperti bentuk dan struktur utama (jenis yang dominan), berdasarkan lingkungan  komunitas tersebut, ataupun berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsionalnya.

Yang menyusun atau membentuk suatu komunitas adalah “Karakter Komunitas”, yaitu Kualitatif seperti kualitas yang menentukan tujuan dan pertumbuhan dari komunitas itu. Kuantitatif seperti komposisi, susunan dan jumlah anggota. Serta Sintesis yaitu proses perubahan dalam komunitas  yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung secara teratur dan terarah.

Modern ini banyak sekali komunitas yang di bentuk oleh sekelompok orang dengan berbagai niat dan tujuan, baik untuk keperluan pedidikan, pekerjaan, hobi, ataupun membentuk suatu fans klub terhadap suatu organisasi atau orang yang terkenal seperti klub sepak bola dan artis atau penyanyi terkenal. Disinilah Karakter Komunitas menentukan tujuan dari komunitas tersebut apakah akan menjadi komunitas yang memiliki tujuan positif atau negatif, sekaligus membentuk stigma akan komunitas tersebut dalam masyarakat.

Dalam segi komunitas bahasa. Stratifikasi sosial memilik peranan penting dalam menentukan suatu bahasa yang akan digunakan oleh komunitas tersebut. Faktor inilah yang membuat koumunitas bahasa Jawa berkembang, dan memiliki berbagai macam jenis dialek yang masih dingunakan sampai sekarang. Hal ini membuktikan, stratifikasi sosial menjadi kebanggaan (pride identity) suatu bahasa dalam suatu komunitas. Stratifikasi sosial bukan untuk membanding-bandingkan mana bahasa yang lebih baik, karena semua bahasa pastilah di anggap yang terbaik oleh penuturnya masing-masing. Harapan penulis, setelah kita memahami stratifikasi sosial dalam komunitas bahasa kita dapat lebih mengetahui dan menjaga kekayaan bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Bangsa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun