Mohon tunggu...
Muhammad Faizal Indra Saputra
Muhammad Faizal Indra Saputra Mohon Tunggu... lainnya -

Ingin Menjadi Orang yang Berguna Bagi Keluarga, Teman, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Stratifikasi Sosial Dalam Komunitas Bahasa Jawa

8 Juli 2013   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:52 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuik

itu

Pripun

Piye

Kepiyek/Kepriben

bagaimana

Kula

Aku

Inyong

saya

Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964). Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley meneliti tentang variasi dialek dalam Bahasa Jawa, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

Kelompok Barat

1.dialek Banten

2.dialek Cirebon

3.dialek Tegal

4.dialek Banyumasan

5.dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)

Tiga dialek terakhir biasa disebut Dialek Banyumasan

Kelompok Tengah

1.dialek Pekalongan

2.dialek Kedu

3.dialek Bagelen

4.dialek Semarang

5.dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)

6.dialek Blora

7.dialek Surakarta

8.dialek Yogyakarta

9.dialek Madiun

Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).

Kelompok Timur

1.dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)

2.dialek Surabaya

3.dialek Malang

4.dialek Jombang

5.dialek Tengger

6.dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing)

Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).

Kemudian stratifikasi sosial dalam kriteria kehormatan juga terjadi dalam bahasa Jawa. Di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta memiliki bahasa Jawa yang lebih halus dan lebih tinggi kriteria kehormatannya dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini terjadi karena dipengaruhi lingkungan kerajaan yang ada di Jogja dan Solo. Faktor kehormatan dan sopan santun dalam lingkungan kerajaan ini juga berpengaruh pada masyarakat di sekitarnya. Hal ini membuat di daerah Jogja dan Solo memilki dua bahasa yaitu bahasa jawa Ngoko (kasar) dan Bahasa Jawa Kromo (Halus). Bahasa Jawa Ngoko Biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang yang sebaya dengan kita atau dengan orang yang lebih muda. Sedangkan bahasa Jawa Kromo digunakan untuk berbicara dengan  orang yang lebih tua dari kita atau orang yang kita hormati. Perbedaan Bahasa jawa Ngoko dan Kromo Terdapat pada kosa kata yang digunakan dan tekanan  nada suara ketika kita berbicara. Berikut di bawah ini contohnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun