Dikarenakan ketersediaan oksigen yang makin menipis, akhirnya kapal selam B-59 harus naik ke permukaan dan langsung dihadang oleh armada angkatan laut Amerika Serikat. Sesuai dengan perkiraan Arkhipov, tidak ada serangan yang dilakukan oleh armada Amerika Serikat sehingga kapal selam B-59 milik Uni Soviet berhasil
mengontak Moskow dan kembali ke pangkalan dengan selamat.
Penyelesaian konflik
Setibanya di Moskow, Arkhipov justru menjadi sasaran amarah Andrei Grechko (Panglima Pakta Warsawa) karena tindakannya yang menolak untuk meluncurkan torpedo nuklir. Grechko menilai bahwa Arkhipov adalah seorang pengecut dan membuat malu nama besar Uni Soviet atas sikap penolakannya.
Setelah serangkaian peristiwa menegangkan, Uni Soviet dan Amerika Serikat kemudian membuat perjanjian diplomatis yang berisi permintaan Nikita Khrushchev (Presiden Uni Soviet) agar Amerika Serikat tidak menginvasi Kuba jika ingin Uni Soviet mencabut seluruh rudalnya dari Kuba, selain itu Khrushchev juga meminta agar Amerika Serikat juga menarik seluruh rudal mereka dari Turki.
Sebenarnya John F. Kennedy hanya menyetujui permintaan pertama dari Khrushchev tanpa memedulikan permintaan kedua, namun secara diam-diam pihak Amerika Serikat melalui Robert F. Kennedy (Jaksa Agung Amerika Serikat) Â menyetujui permintaan kedua dengan mengirim tanda persetujuan secara diam-diam kepada Anatoly Dobrynin (Duta Besar Uni Soviet) di Washington D.C. Setelah 2 minggu yang penuh dengan ketegangan antara kedua negara adidaya, krisis rudal Kuba resmi berakhir pada tanggal 28 Oktober 1962.
Akhir Kisah Perjalanan Vasili Arkhipov
Setelah berakhirnya peristiwa krisis rudal Kuba, Arkhipov tetap melanjutkan karirnya di angkatan laut Uni Soviet dengan pangkat terakhir yaitu sebagai Laksamana Madya. Arkhipov memutuskan untuk pensiun dari dunia militer pada tahun 1981 dan meninggal dunia pada 19 Agustus 1998 di usia 72 tahun.
Mungkin bagi sebagian publik Uni Soviet pada masa itu Arkhipov merupakan seorang perwira pengecut, namun berkat keputusannya tersebut maka perang nuklir dapat dihindari sehingga umat manusia dapat memiliki masa depan yang damai hingga saat ini. Menariknya, pihak Amerika Serikat baru mengetahui bahwa kapal selam yang mereka hadapi memiliki torpedo nuklir pada tahun 2001 saat salah satu kru kapal selam B-59 bernama Vadim Pavlovich Orlov bercerita dalam sebuah reuni militer di Michigan, Amerika Serikat
Dalam sebuah interview di tahun 1949, Albert Einstein pernah berkata bahwa ia tidak tahu senjata apa yang akan digunakan pada perang dunia ketiga, tetapi dalam perang dunia keempat senjata yang digunakan adalah tongkat dan batu. Melalui perkataan tersebut Einstein ingin menyampaikan bahwa jika saja perang dunia ketiga benar terjadi maka senjata yang digunakan akan menimbulkan dampak kehancuran luar biasa di muka bumi. Oleh karena itu kita patut bersyukur hingga hari ini masih dapat menghirup udara kebebasan dan kedamaian serta berharap seluruh konflik peperangan yang terjadi bisa segera mereda.
Muhamad Zidan Pahlevi. Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H