Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Dari Penjara menuju Surga

4 Desember 2024   08:48 Diperbarui: 8 Desember 2024   11:14 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tahanan. Sumber: Pexels/ahmet öktem

Hingga akhirnya kita lupa ketika hari kematian itu tiba tanpa sebuah persiapan.

Seorang gembong narkoba yang tertangkap beberapa tahun lalu menjadi sorot berbagai media. Kali ini Ia akan dieksekusi mati oleh petugas lapas Nusakambangan. Lapas yang dianggap paling hina, paling angker, dan paling buruk seburuk-buruknya lapas di negeri ini.

Namun siapa sangka di lapas itu banyak narapidana yang beriman dan bertobat sebelum mati. 

Mereka orang-orang di dalam lapas ini mungkin dianggap kotor oleh manusia yang hidup bebas di alam terbuka seperti kita ini. Mereka dianggap sebagai jenis manusia paling hina karena pernah berbuat dosa. Tapi siapa sangka mungkin mereka juah lebih beruntung dari kita karena mati dalam keadaan suci.

Lapas Nusakambangan yang dianggap angker telah memberikan sisi sucinya kepada setiap narapidana eksekusi mati. Di sana mereka mendapatkan bimbingan untuk memilih jalan setelah mati. Merenungi setiap kesalahan yang pernah mereka perbuat, bertobat kepada Tuhan, dan memilih kepercayaannya sendiri adalah sebuah hidayah yang tak ternilai harganya. 

Hidayah yang tidak kita dapatkan selama hidup di alam bebas dan terbuka seperti saat ini.

Kita mungkin saja tertutup mata hatinya, atau abai dengan pintu-pintu masjid, gereja, pura, dan tempat ibadah lainnya yang setiap waktu kita lewati. 

Sementara kita berkeliaran setiap hari dari rumah menuju kantor untuk mengais rezeki, dari kantor menuju lapangan untuk melakukan sidak ini dan itu, ke kantor lagi untuk absen, dan kembali pulang ke rumah saat sore untuk menemui anak dan istri. 

Tapi kita lupa bahwa kematian setiap waktu mengincar hidup kita, dan merenggut semua yang telah tercapai di dunia ini. Maka jangan biarkan diri kita dipenjarakan oleh kebutuhan duniawi. 

Penjara, seringkali dipandang sebagai tempat yang paling jauh dari harapan dan kebaikan. Namun, di balik tembok-tembok tinggi dan pintu besi yang kokoh, tersimpan begitu banyak kisah inspiratif tentang perubahan dan penemuan jati diri.

Salah satunya adalah kisah tentang seorang individu yang berhasil melakukan transformasi luar biasa dalam hidupnya, tepatnya di dalam penjara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun