Lain halnya dengan penumpang angkutan umum atau transportasi masal lainnya. Ia yang tidak melakukan apa-apa kecuali hanya memperhatikan lingkungan sekitar dan lingkungan yang dilaluinya, tentunya Ia bisa melihat dan menyaksikan. Meskipun sampil lalu, dan kemudian melupakannya.
Memang analisa seperti ini tidak menggunakan metode dan data yang akurat, dan padahal jika kita memasang iklan pada surat kabar ataupun media digital, kita bisa mendapatkan data dan jumlah tayangan seperti pada Google Ads atau Google Adsense.
Dengan data yang valid kita bisa memutuskan bahwa suatu iklan yang kita pasang dapat diukur mana yang Lebih efisien, iklan pada jalan raya atau Iklan di sosial media.Â
Seseorang dengan mobilitas cepat, tidak mungkin saat mengendarai kendaraan ia sempat membaca iklan. Dan mereka tidak mungkin menyempatkan diri untuk meleng, melengos atau mangkir dari pandangannya ke jalan raya. la akan lebih mengutamakan untuk membaca petunjuk jalan, melihat suasana jalan, atau cuaca.
Inilah kondisi jalan raya kita yang dipenuhi spanduk iklan, meskipun tidak tentu dibaca oleh orang yang berlalu lalang namun cara demikian diyakini sebagai jemput bola yang efektif. Tampaknya orang dengan popularitas, jabatan, gelar, dan kekuasaan di negeri ini mempercayai hal itu. Meskipun tidak dilengkapi fitur analisa dan jumlah tayangan.
Poster Iklan, baliho, dan spanduk lainnya yang terpasang pada kanan kin bahu jalan yang diikat pada tiang listrik, pohon, pagar, dan lain sebagainya itu menunjukkan bahwa orang-orang kita lebih percaya kepada nalar logika serampangan.
Jalan raya dan carut marutnya iklan berbentuk spanduk, poster, atau baliho adalah pernak-pernik yang paling tidak masuk akal di jalan raya. Jalan raya semestinya dilengkapi dengan zebra cross, trotoar, jembatan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas yang sederhana dan dengan simbol yang mudah untuk di mengerti. Sebab jalanan bukan tempat yang tepat untuk membaca visi misi caleg, kecuali kalau dia seorang pejalan kaki yang hendak beristirahat di sebuah "kedai nutri sari" dan punya banyak waktu sekaligus bebas dari risiko untuk mempertanyakan diri, "Kenapa aku harus melihat baliho itu?" Dan Sekali lagi jalanan telah memberikan gambaran kepada kita bahwa ada banyak orang lucu, yang tidak sadar telah membuat kelucuan.
Meletakan spanduk iklan, promosi, atau lainnya bukanlah sebuah kesalahan. Akan tetapi yang perlu dikaji adalah apakah khalayak akan membacanya? Atau apakah orang-orang di jalan memerlukannya. Apalagi jika isi kontennya berisi banyak tulisan. Sehingga memasang baliho, spanduk, iklan, promosi, atau himbauan perlu melakukan penyederhanaan dengan memuat konten yang tidak cukup dibaca sekejap mata saja. Seperti spanduk yang berupa gambar, simbol, atau nama daerah penting.Â
Sekali lagi, jalanan telah memberikan kepercayaan lain kepada manusia di negeri ini. Tempat di mana data hasil analisa tidak menjadi poin utama, akan memberikan gambaran bahwa masyarakat kita percaya kepada hal yang tidak irasional.
Dan memang seperti itulah sifat manusia, kadang kala sesuatu yang irasional menjadi kepercayaan mutlak. Kepercayaan yang dimiliki manusia sejak lahir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H