Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalanan Tempat Baliho Bersemayam

28 Agustus 2024   07:24 Diperbarui: 28 Agustus 2024   07:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang dengan mobilitas capat, tidak mungkin saat mengendarai kendaraan la sempat membaca iklan. Dan mereka tidak mungkin menyempatkan diri untuk meleng, melengos atau mangkir dari pandangannya ke jalan raya. la akan lebih mengutamakan untuk membaca petunjuk jalan, melihat suasana jalan, atau cuaca.

Inilah kondisi jalan raya kita yang dipenuhi spanduk iklan, meskipun tidak tentu dibaca oleh orang yang berlalu lalang namun cara demikian diyakini sebagai jemput bola yang efektif. Tampaknya orang dengan popularitas, jabatan, gelar, dan kekuasaan di negeri ini mempercayai hal itu. Meskipun tidak dilengkapi fitur analisa dan jumlah tayangan. Poster Iklan, baliho, dan spanduk lainnya yang terpasang pada kanan kin bahu jalan yang diikat pada tiang listrik, pohon, pagar, dan lain sebagainya itu menunjukan bahwa orang-orang kita lebih percaya kepada nalar logika serampangan.

Jalan raya dan carut marutnya iklan berbentuk spanduk, poster, atau baliho adalah pernak-pernik yang paling tidak masuk akal di jalan raya. Bukanya melengkapi jalan raya dengan zebrakros, trotoar, jembatan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas yang sederhana dan dengan simbol yang mudah untuk di mengerti. Karena Jalanan bukan tempat yang tepat untuk membaca Visi misi Caleg, kecuali kalau dia seorang pejalan kaki yang hendak beristirahat di sebuah kedai nutri sari dan punya banyak waktu sekaligus bebas dari resiko untuk mempertanyakan diri "kenapa aku harus melihat baliho itu?" Dan Sekali lagi Jalanan telah memberikan gambaran kepada kita bahwa ada banyak orang lucu, yang tidak sadar telah membuat kelucuan.

Meletakan spanduk iklan, promosi, atau lainnya bukanlah sebuah kesalahan. Akan tetapi yang perlu dikaji adalah apakah khalayak akan memabacanya? Atau apakah orang-orang di jalan memerlukannya. Apalagi jika isi kontennya berisi banyak tulisan. Sehingga memasang baliho, sepanduk, iklan, promosi, atau himbauan perlu melakukan penyederhanaan dengan memuat konten yang tidak cukup dibaca sekejap mata saja. Seperti spanduk yang berupa gambar, simbol, atau nama daerah penting. 

Sekali lagi, jalanan telah memberikan kepercayaan lain kepada manusia di negeri ini. Tempat di mana data hasil analisa tidak menjadi poin utama, akan memberikan gambaran bahwa masyarakat kita percaya kepada hal yang tidak irasional. Dan memang seperti itulah sifat manusia, kadang kala sesuatu yang irasional menjadi kepercayaan mutlak. Kepercayaan yang dimiliki manusia sejak lahir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun