Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Banyak Instansi Pendidikan yang Tidak Bangga Berbahasa Indonesia

28 Mei 2023   12:24 Diperbarui: 29 Mei 2023   09:27 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para guru bahasa mulai giat mencari cara agar siswanya merasa antusias mempelajari bahasa Indonesia, pedagang dan pembisnis memilih untuk merubah persepsi mereka agar menggunakan nama produk dengan nama Indonesia, para juru tulis, pejabat, penulis naskah lagu, penulis naskah film, dan semua kalangan penutur bahasa Indonesia bergotong-royong untuk membentuk iklim bangga berbahasa Indonesia. Bisa di mulai dari tulisan ini, Anda sebagai pembaca, atau Anda sebagai sesama penulis.

Mulai saat ini kita perlu merubahan pola pikir kita. Bahasa asing atau bahasa Indonesia keduanya sama-sama unik, karena memang demikianlah hakikat bahasa. Tinggal kita saja yang pandai memilih setiap kata dalam bahasa Indonesia agar menjadi frasa yang menarik, indah dan mudah didengar. Belakangan mulai ada nama produk dengan bahasa Indonesia, seperti Kopi Kenangan, Bukan Cuma Ayam, Orang Tua, dan masih banyak lagi. Setidaknya masih ada harapan bahwa bahasa Indonesia masih dapat menarik persepsi, dan terutama dapat menjual seperti halnya bahasa asing. Tinggal bagaimana kita untuk memulainya. 

Padahal persepsi tentang suatu nama berbahasa asing dibuat oleh pandangan si penemu nama itu. Katakanlah ada seseorang kepala yayasan yang baru saja mengangkat kepala sekolah, kemudian kepala sekolah yang baru itu terkejut karena nama sekolahnya menggunakan nama asing. 

Saat rapat berlangsung untuk pembuatan visi misi, Si Kepala Sekolah yang baru dilantik ini kemudian mengusulkan agar menggunakan nama berbahasa Indonesia saja. Akan tetapi usulan itu dibantah, karena oleh kepala yayasan dianggap tidak menjual dan tidak menarik. Kurang lebih seperti itulah pemodal memaksa guru-guru kita untuk menggunakan bahasa asing di sekolah, bahkan untuk nama sekolahnya sendiri. Sekarang kita tidak perlu mengandalkan mereka, sebagai penutur yang cinta dengan bahasa sendiri marilah kita sendiri yang memulai perbuhan.

"Utamakan bahasa Indonesia, Lestarikan bahasa Daerah, dan Kuasai bahasa Asing."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun