Yang padahal ceritanya masih sama, yaitu kisah humor tentang jalanan berlubang yang nampak seperti kolam pemancingan. Hanya ada dua lubang di negeri ini, yang pertama lubang di jalan, dan yang kedua adalah lubang uang berjalan-jalan. Kira-kira seperti itulah celoteh Almarhum Enthus Susmono saat menjadi dalang Wayang Santri. Akan tetapi saat beliau menjabat, kondisi jalan di berbagai wilayah di Tegal masih belum tuntas permasalahannya. Menandakan bahwa kekuatan politik tidak sanggup merubah parodi yang telah ada sejak dahulu kala.
Di Depok, Tangerang, Bekasi, atau kota besar lainnya, memang jarang ditemukan kondisi jalan yang berlubang. Kalaupun ada kasusnya tidaklah banyak seperti di desa-desa terpencil. Akan tetapi lubang yang lain kerap tidak terurus. Contohnya seperti gorong-gorong sepanjang Jalan Raya Limo, entah kemana air akan mengalir saat bapak-bapak pemilik rumah makan padang membuang bekas cucian piringnya ke selokan.Â
Setelah mba-mba warteg selesai mandi, air akan mengalir dari lubang di kamar mandi menuju gorong-gorong di depan warungnya. Akan tetapi tidak jelas setelah itu air akan mengalir kemana.Â
Entah saluran airnya yang mampet atau memang tidak dipikirkan sebelumnya, hanya sekedar membuat gorong-gorong saja untuk membahagiakan si pemberi suara. Alhasil setiap hujan, air bekas hajat para warga yang telah bercampur akan terus memadati selokan dan meluap hingga jalan raya. Kemudian lambat laun jalanan mulai terkikis, dan kerusakan pun tidak dapat dihindari lagi.Â
Negeri yang humoris untuk pendidikannya yang telah banyak mencetak sarjana teknik sipil. Beginilah jika kepintaran dan gelar hanya dijadikan untuk mencari cuan, jabatan, dan suara saja. Apa hikmah dibalik semuanya kondisi jalanan yang berlubang, dan gorong-gorong yang tak jelas muaranya?
Hikmahnya seperti ini, dengan kondisi jalan yang berlubang setidaknya akan mengurangi polusi udara karena banyak pengendara yang menghindari jalan tersebut. Jalanan terlihat sepi pengendara, udara bersih pun semakin terasa. Para warga kita jadi punya banyak sampingan pekerjaan, selain bisa membuka bengkel dadakan, kita juga bisa menghibur diri dengan bermain di kubangan. Kalau iseng sedikit bolehlah dicoba menernak ikan konsumsi seperti ikan lele misalnya, kan lumayan untuk mengisi waktu.Â
Bagi yang punya adrenalin tinggi boleh sekali-kali dicoba untuk merubah jalanan berlubang menjadi arena pemancingan, hitung-hitung bisa refresing sekaligus deg-degan kalau ada truk melintasi jalan.Â
Bagi kondisi jalan yang rusaknya belum terlalu parah, seperti lubang-lubang kecil atau batu-batu kecil yang mulai keangkat dari aspalnya, ya kira-kira dapat bermanfaat untuk menahan ngantuk, jadi sopir sudah mendapatkan sugesti agar selalu waspada dan tetap fokus.Â
Nah, kalau saudara-saudara di rumah kurang kerjaan, barang kali kondisi jalan raya yang berlubang dapat kita manfaatkan untuk bermain becek-becekan setelah hujan turun. Â Rekreyasi jadi lebih mudah, kalau ada yang mudah untuk berbahagia kenapa mesti mencari yang susah-susah.Â
Satu lagi, soal gorong-gorong tadi nilai hikmahnya adalah para bapak-bapak dan ibu-ibu bisa menjalin tali silaturahmi dengan kegiatan bergotong royong, selain bermanfaat untuk memperkuat nilai persaudaraan juga bermanfaat untuk olahraga, supaya masa tuanya terisi dengan kegiatan-kegiatan yang sangat positif, sebuah kegiatan yang membahagiaan untuk semua orang. Tidak hanya menguntungkan sesama warga, juga menguntungkan negara, bukankah negitu bapak-bapak dan ibu-ibu pejabat yang terhormat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H