Sementara fasilitas penunjang belajar tersebut dapat diberikan oleh orang tua hanya dengan satu benda canggih bernama smartphone saja. Maka apa yang dilakukan guru? Dan apakah yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan fasilitas smartphone untuk menunjang belajar itu salah? Tentu saja tidak bukan. Maka kita membentuhkan berbagai pihak selain orang tua dan guru untuk menuju tujuan pendidikan kita, yaitu media.
 Seluruh khayak dapat berkolaburasi menciptakan gotong-royong yang terdiferensi sesuai dengan kodrat keadaan; yaitu kodrat alam, dan kodrat zaman.
Kodrat alam menuntun setiap individu untuk memahami lingkungan dan budaya tempat di mana ia tinggal. Sementara kodrat zaman berarti kebutuhan yang terus-menerus bergulir dari waktu ke waktu, yang tidak tetap. Maka kita sebagai orang tua yang juga akan mendidik putra-putri kita harus dapat membedakan antara kodrat orang tua dengan kodrat anak-anak kita.
Seperti yang telah dibahas di atas tentang minat seorang murid, dengan berkolaburasi menciptakan iklim media sosial yang sehat dan dengan konten bermaka kita bisa menumbuhkan semangat belajar bagi setiap murid-murid kita. sejauh ini koten pada akun media sosial lebih banyak mencari sigmentasi ketimbang mengedukasi.
Sudah saatnya kita menggemgam internet sebagai cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan kita, yang selamat dan berbahagia. Yaitu dengan cara membagikan hal-hal yang baik, yang bernilai, yang membuka wawasan dunia.
Ketika kita membuka media sosial lalu kita pergi ke kolom beranda, biasanya ada banyak konten yang ditawarkan kepada pengguna berdasarkan histori penelusuran kita. Secara nilai mungkin tidak hanya menghibur juga memberikan pengetahuan, tetapi apakah pengetahuan yang didapatkan sudah sesuai dengan kotrat kita?
Mungkin informasi yang kita cari pada media sosial sudah menjawab kebutuhkan kita, tapi belum sepenuhnya sesuai dengan kodrat keadaan kita. Karena pengetahuan yang baik tidak menjauhkan diri kita dari asalnya. Pengetahuan yang benar tidak melupakan sejarah dari mana kita terlahir.Â
Maka menciptakan iklim belajar yang baik juga bisa dengan menciptakan kontrol pada media sosial, menyesuaikan logaritma dengan keberadaan individu yang mengakses mesin pencarian.
Contohnya, misal, seseorang yang tinggal di daerah pegunungan akan mendapatkan konten yang memuat pengetahuan tentang pegunungan, seseorang yang tinggal di lingkungan perkotaan akan mendapatkan saran dari konten-konten yang berbau perkotaan.
Hari ini kita masih mendapatkan jalan raya yang macet akibat banyaknya pengguna kendaraan pribadi, rumah terendam luapan air sungai karena dibangun persis di tepi sungai, gorong-gorong yang dikerjaan saat musim penghujan dan tidak tahu ke mana airnya bermuara, dan belum lagi penggunaan air tanah yang berlebih menyebabkan tanah-tanah kita sudah mulai terendam air laut, ada beberapa yang letaknya cukup jauh dari pantai akan tetapi lebih rendah dari permukaan air laut.
Ini semua terjadi karena kita belum sepenuhnya memahami tujuan dari pendidikan kita.