Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Krismon: Bagian 4 "Kesederhanaan adalah Bentuk Cinta kepada Jiwa Manusia"

13 Juni 2022   08:02 Diperbarui: 13 Juni 2022   08:13 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan salah paham. Aku hanya mencari informasi."

"Pertanyaan tadi bukanlah pertanyaan. Tapi penyataan, Mas menyatakan kalau beliau menerima bayaran. Kenapa Mas begitu sensi dengan kata uang." Suli menampakkan kekesalan, tidak terima.

"Baiklah, bolehkah aku bertanya sekali lagi." 

"Iya." Jawab perempuan itu kesal.

"Apa rencanamu dengan surat ini?" Tanya Krismon mencari informasi lain.

"Akan aku beritahu besok Mas, setelah surat ini dibalas." Jawab Sulis tidak enak.

"Kenapa aku harus menunggu besok." Jawab Krismon bingung menahan dengan sikap gadis itu.

"Sudah sore Mas. Aku mau mandi." Sulis nampak kesal kemudian ia masuk ke dalam rumahnya. Sementara Krismon terdiam di serambi rumah itu, tidak percaya. Ia sendiri merasa menyesal sebab kedatangannya bukanlah untuk mencari perkara. Keniatan untuk mengucapkan beberapa patah kata tentang perasaannya pun luntur seketika. Krismon menyesali perbuatannya itu. Tidak seharusnya kalimat demikian diucapkan. Pria matang itu harus menelan kegagalannya hari ini. Dan pulang bersama penyesalan diri. Semuanya harus diperbaiki, tidak boleh egois dalam berpikir. Tidak boleh sembarangan bertutur lagi. Begitulah pikirannya mengoreksi diri. Menenggelamkan kegagalan yang menemaninya berjalan kaki menuju rumah. Dia harus memulai semuanya dari awal lagi. Membangun semangat diri ditemani dinding kamar dan nyamuk. Ia harus sebisa mungkin menyederhanakan sudut pandang demi semua kelancaran.

"Di kesempatan selanjutnya aku tidak boleh gagal, dan tidak boleh salah berkata." Ucapnya kepada dinding. Padahal tujuan Krismon sangatlah sederhana. Yaitu menyatakan semua perasaannya. "Tapi kenapa cinta begitu rumit dan jauh dari kata sederhana," ucapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun