Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Karya Seorang Guru? Jadi PNS?

30 November 2021   18:20 Diperbarui: 3 Januari 2022   09:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sama-sama tahu, adanya kurikulum berganti begitu cepat. Mungkin saat ini anda salah satu praktisi atau pengamat yang turut merasakannya, di mana belum menguasai K13 tahu-tahu kurikulum ini hendak diganti. Perubahaan yang terlalu cepat, sementara dipelosok negeri masih banyak guru-guru yang kerpotan meyadarkan segenap keluarga siswa, jikalau pendidikan adalah modal utama dalam menggenapi kehidupan manusia. Kepentingan setiap penguasa selalu berbeda-beda, begtu pula cara berfikirnya. 

Dalam waktu-waktu yang tidak pernah kita ketahui, kurikulum merupakan sebuah bentuk yang kerap disalahkan oleh sebagian orang. Padahal mereka menyalahkan sesuatu yang mereka percaya sebelumnya. Dan kejelimetan lain, yang seolah-olah memberikan titik berat bahwa ada yang tidak beres dengan kurikulumnya. Bukan kepada manusianya. 

Di era ini, kita sering mendengar frasa "Merdeka Belajar" yang padahal ucapan itu tidaklah baru. Telah disebutkan oleh orang terdahulu, sejak zaman Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah upacaya kita untuk memberantas kebodohkan dan menjauhkan diri dari jurang pejajahan, dan hidup merdeka dengan pemikiran serta perbuatan yang berkarakter Pancasila. 

Apapun permasalahnya, saat ini guru mungkin menghadapi begitu banyak pekerjaan tambahan yang entah bagaimana mereka hadir. Sementara sekolah pun harus terus membesarkan nama baiknya, sehingga memunculkan tekanan dari sana-sini. Tugas guru yang utama adalah mengajar, namun di dalam rungan sana ada banyak pekerjaan selain itu di meja kantornya. Apa boleh buat, tidak ada yang lain untuk dikerjakan dengan sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun