Mohon tunggu...
Muhamad Wahyu Hamijaya
Muhamad Wahyu Hamijaya Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, Peneliti, Dosen Universitas Nusa Putra

Marketing, Strategik & HR antusias

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hukum 10.000 Jam: Pengalaman Vs Keahlian

9 November 2023   13:11 Diperbarui: 17 November 2023   11:01 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Rita Morais on Unsplash   

Para pembaca mungkin familiar dengan kata "Jam terbang"? Ya, kata tersebut lebih banyak digunakan pada industri penerbangan komersial, khususnya untuk mengukur tingkatan pengalaman seorang pilot yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kecakapan dan  lisensi jenis pesawat apa yang akan dioperasionalisasikan oleh seorang pilot tersebut. 

Seorang pilot akan mengalami itu semua secara berjenjang dan bertahap dari mulai pesawat latih ketika dia menempuh pendidikan, hingga pesawat komersial penumpang yang menjadi idaman para pilot untuk dapat diakui dan mendapat income yang cukup menjanjikan bagi kehidupannya. 

Jika dililhat pada aspek kesiapan, seorang pilot akan menghadapi tantangan mental maupun fisik, tantangan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda pada setiap jenis atau tipe pesawat yang hendak dia kemudikan sehingga untuk memahami itu semua "Jam Terbang" sangatlah menentukan. 

Lalu apakah jam terbang ini berlaku pada semua jenis pekerjaan ataupun keahlian pada bidang tertentu ? Mari kita perhatikan hal hal berikut ini sebelum kita menyimpulkan hal tersebut .

Hukum 10.000 Jam 

K Anders Ericsson adalah salah seorang Profesor di Universitas Florida. K Anders melakukan penelitiannya terhadap atlet profesional, musisi tingkat dunia, master catur, dan para ahli lainnya tentang berapa lama waktu yang mereka butuhkan sampai menjadi ahli. 

Teori ini di populerkan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya yang berjudul Outliers: The Story of Success. 

Menurutnya didapat satu kesimpulan bahwa "Berlatih dengan keras, berlatih dengan lama, dan kamu akan menjadi ahli, menempati posisi puncak di bidang yang kamu kuasai," begitulah kata Malcolm Gladwell. 

Beberapa contoh nyata hasil observasi ini Menurutnya, the Beatles, yang merupakan musisi internasional dengan sisi musikalitas yang tidak perlu diragukan lagi mungkin telah menghabiskan waktu 10,000 jam dalam bermusik sejak tahun 1960-an. 

Contoh lain,misalnya seseorang bernama Bill Gates yang mendedikasikan diri dengan jumlah waktu yang sama untuk mengekspolari pemrograman secara otodidak sebelum dirinya berhasil mendirikan Microsoft dan kini menjadi salah satu manusia terkaya di dunia.

Lalu jika kita lihat juga bagaimana Tiger woods seorang atlet golf professional yang menghabiskan waktunya 13 jam sehari untuk berlatih saat dia dibangku SMA hingga ia dapat menjadi atlet golf professional. 

Dari observasi inilah, istilah practice makes perfect muncul. Bukan tanpa alasan, teori 10,000 jam ini sendiri bertolak dari pemahaman akan kerja keras karena jika kita ingin menjadi seorang ahli di salah satu bidang maka kita harus mengupayakan 10.000 jam dalam kehidupan kita untuk dedikasikan untuk bidang tersebut. 

Dedikasi inilah yang memang merupakan harga yang mahal untuk sebuah keahlian, berapa banyak orang yang menyerah , berapa banyak orang yang merasa bosan, berapa banyak orang yang merasa putus asa ketika menempuh proses dedikasi. 

Karena didalam dedikasi untuk sebuah keahlian banyak hal yang sangat berpengaruh dari mulai kedisiplinan, konsistensi, ketahanan, kesabaran, hingga keraguan untuk mencapai suatu keahlian yang diinginkan. 

Sehingga memang ukuran 10.000 jam ini memang pantas untuk mereka yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang ahli pada bidang atau keahlian yang hendak diperoleh.

Pengalaman saja tidak cukup

Era distrupsi seperti sekarang ini, banyak perusahaan khususnya perusahaan stratup tidak menetapkan indicator pengalaman sebagai syarat untuk menepati jabatan tertentu. 

Hal ini juga tidak terlahir tanpa alasan, jika kita perhatikan factor utama yang menjadi pertimbangan tidak memasukannya faktor pengalaman untuk menempati jabatan tertentu di perusahaan startup.

Itu adalah bahwa dunia startup merupakan dunia baru maka orang yang "Mau bekerja" dan "Mau belajar" akan mengalahkan orang berpengalaman.

Beda halnya dengan kebanyakan perusahaan yang sudah pada tahap "Matang" mengedepankan factor pengalaman dikarenakan factor risiko yang diperhatihan oleh perusahaan tersebut sebagai indikator utama dalam penilaian suatu jabatan. 

Sehingga pada dasarnya kedua pandangan tersebut bisa kita jadikan pemahaman baru bahwa untuk menjadi seorang ahli pengalaman saja tidak dapat mewakili. 

Seorang dengan keahlian tidak dapat dilihat dari berapa lama dia berpengalaman untuk suatu bidang , karena lamanya dia menetap disuatu pekerjaan bisa jadi dia tidak melakukan apa apa dalam pekerjaanya namun dia hanya menjalankan SOP perusahaan dan dia tidak dapat disematkan seorang ahli karena SOP perusahaannya belum tentu mewakili kompetensi keahlian di suatu keahlian yang dia geluti. 

Namun demikian, mau bekerja dan mau belajar juga tidak akan mengantarkan seseorang menempuh suatu keahlian tanpa ada konsistensi dan tujuan yang jelas serta tanpa arah yang jelas.

Jadilah Ahli walau hanya satu bidang tertentu 

Jika kita perhatikan disekeliling kita bahwa hanya sedikit orang saja yang memilih jalan sebagai orang yang menempuh perjalanan sebagai seorang ahli dibidangnya masing-masing. 

Hal tersebut juga berkorelasi dengan seberapa banyak orang yang mau bertahan dan konsisten untuk suatu keahlian tersebut. 

Multi-tasking merupakan sebuah istilah yang mana menjadi tuntutan industri saat ini dan menjadi antithesis dari seseorang yang ingin menjadi seorang ahli dibidang tertentu.

Padahal dengan sering terjadinya perubahan, sering bergesernya trend suatu keahlian yang mengantarkan seseorang menjadi seorang ahli akan menyelamtkan dirinya dari berbagai pergeseran yang ada. 

Dengan multi tasking selain seseorang menghadapi kondisi yang mudah stress, juga tidak akan mengenalkan seseorang ke khalayak public "Sebagai apa". 

Kita ambil contoh misalkan seseorang dengan background finance,bekerja di bidang agency, ditempatkan dibidang HR 3 tahun, dibidang konten kreatif 3 tahun apakah akan dikenal sebagai sebagai seorang ahli dibidang HR ? Atau dibidang Konten kreatif?  

Jawabannya belum tentu akan tetapi jika ditanya apakah dia berpengalaman? Ya dia memiliki pengalaman di kedua bidang tersebut.

Sehingga Pengalaman dan menjadi seorang ahli merupakan hal yang terpisah namun saling berkaitan. Seorang ahli pada dasarnya orang yang melewati banyak pengalaman dalam menekuni suatu hal atau bidang keahlian tertentu dengan konsistensi, tujuan yang jelas serta memiliki mental untuk terus dapat mengembangkan keahliannya. 

Namun seorang yang berpengalaman hanya mengalami "Pernah" mengalami suatu fase dalam menekuni seuatu bidang atau keahlian tertentu. 

Kedua hal tersebut menjadi pilihan yang terbuka bagi semua orang pakah ingin menjadi seorang yang berpengalaman? Atau menjadi seorang ahli?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun