Mohon tunggu...
Muhamad Wahyu Hamijaya
Muhamad Wahyu Hamijaya Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, Peneliti, Dosen Universitas Nusa Putra

Marketing, Strategik & HR antusias

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hukum 10.000 Jam: Pengalaman Vs Keahlian

9 November 2023   13:11 Diperbarui: 17 November 2023   11:01 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Rita Morais on Unsplash   

Dari observasi inilah, istilah practice makes perfect muncul. Bukan tanpa alasan, teori 10,000 jam ini sendiri bertolak dari pemahaman akan kerja keras karena jika kita ingin menjadi seorang ahli di salah satu bidang maka kita harus mengupayakan 10.000 jam dalam kehidupan kita untuk dedikasikan untuk bidang tersebut. 

Dedikasi inilah yang memang merupakan harga yang mahal untuk sebuah keahlian, berapa banyak orang yang menyerah , berapa banyak orang yang merasa bosan, berapa banyak orang yang merasa putus asa ketika menempuh proses dedikasi. 

Karena didalam dedikasi untuk sebuah keahlian banyak hal yang sangat berpengaruh dari mulai kedisiplinan, konsistensi, ketahanan, kesabaran, hingga keraguan untuk mencapai suatu keahlian yang diinginkan. 

Sehingga memang ukuran 10.000 jam ini memang pantas untuk mereka yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang ahli pada bidang atau keahlian yang hendak diperoleh.

Pengalaman saja tidak cukup

Era distrupsi seperti sekarang ini, banyak perusahaan khususnya perusahaan stratup tidak menetapkan indicator pengalaman sebagai syarat untuk menepati jabatan tertentu. 

Hal ini juga tidak terlahir tanpa alasan, jika kita perhatikan factor utama yang menjadi pertimbangan tidak memasukannya faktor pengalaman untuk menempati jabatan tertentu di perusahaan startup.

Itu adalah bahwa dunia startup merupakan dunia baru maka orang yang "Mau bekerja" dan "Mau belajar" akan mengalahkan orang berpengalaman.

Beda halnya dengan kebanyakan perusahaan yang sudah pada tahap "Matang" mengedepankan factor pengalaman dikarenakan factor risiko yang diperhatihan oleh perusahaan tersebut sebagai indikator utama dalam penilaian suatu jabatan. 

Sehingga pada dasarnya kedua pandangan tersebut bisa kita jadikan pemahaman baru bahwa untuk menjadi seorang ahli pengalaman saja tidak dapat mewakili. 

Seorang dengan keahlian tidak dapat dilihat dari berapa lama dia berpengalaman untuk suatu bidang , karena lamanya dia menetap disuatu pekerjaan bisa jadi dia tidak melakukan apa apa dalam pekerjaanya namun dia hanya menjalankan SOP perusahaan dan dia tidak dapat disematkan seorang ahli karena SOP perusahaannya belum tentu mewakili kompetensi keahlian di suatu keahlian yang dia geluti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun