Mohon tunggu...
Muhamad ShidqiiFaadhilah
Muhamad ShidqiiFaadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang menulis apa saja yang bagi dirinya menarik dan bermanfaat jika dibagikan dan dibaca oleh orang banyak.

Be creative, inspiring people.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Kelam terhadap Minoritas di Priangan Timur

5 Januari 2022   10:06 Diperbarui: 5 Januari 2022   10:35 6365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Walaupun kerusuhan ini bukanlah konflik antara etnik maupun agama secara langsung tetapi konflik ini berdampak terhadap etnik dan agama. Dalam kronologis Kerusuhan Tasikmalaya yang sudah dituturkan sebelumnya, Etnis Tionghoa tidak memiliki sangkut paut sama sekali terhadap kerusuhan. Dalam kerusuhan ini,, etnis Tionghoa hanya dipakai sebagai kambing hitam alami (natural scapegoat) pada masa-masa tegang saat kerusahan. Kerusuhan juga terjadi akibat adanya jurang pemisah antara masyarakat yang memiliki kekuasaan ekonomi dengan masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi. Dalam kasus ini masyarakat yang memiliki kekuasaan ekonomi yaitu etnis Tionghoa dan yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi yaitu non-Tionghoa alias pribumi. Etnis Tionghoa menanggung dampak kerugian paling parah pada saat kerusuhan 26 Desember 1996 baik dari segi ekonomi maupun sosial.

       Peristiwa kerusuhan Tasikmalaya 1996 menjadi pelajaran berharga untuk membangun solidaritas antara Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. Peristiwa kerusuhan Tasikmalaya merupakan masalah antara suku yaitu suku Non-Tionghoa dan Tionghoa. Wujud rekonsiliasi dari kerusuhan Tasikmalaya 1996 pada masa kini yaitu terbentuknya FBTI (Forum Bhinneka Tunggal Ika) pada tahun 2016. Tujuan dari terbentuknya FBTI untuk mempererat solidaritas dan mengukuhkan keberagaman. Saat ini setelah 25 tahun kerusuhan tersebut berlalu, keharmonisan antara pribumi dan etnnis Tionghoa di Kota Tasikmalaya telah terjalin kembali dengan baik.

Sumber:

Ali Nuryasin, Edi Budiyarso, Et al., 1997, Amarah Tasikmalaya: Konflik di basis Islam, Tasikmalaya: Institusi Studi arus informasi.

Tantoh, V. (2020). Kerusuhan Tasikmalaya 1996; Studi Kasus Komunitas Tionghoa. 20--91.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun