Cara seperti ini telah dipraktekkan secara sukses dalam penyiaran Islam di India, Indonesia, dan Afrika Barat. Sudah tentu metode dan aktivitasnya di Barat berbeda dengan negeri-negeri di atas, namun esensinya sama. Yaitu, Islam membuka peluang besar bagi pencarian spiritual Barat yang tengah dilanda krisis makna kehidupan.
Ketiga, dengan memperkenalkan ajaran tasawuf sebagai alat bantu untuk recollection (mengingatkan) dan reawakenning (membangunkan) orang Barat dari tidurnya. Karena tasawuf merupakan tradisi yang hidup dan kaya dengan doktrindoktrin metafisis, kosmologis, dan psikologis serta psiko-terapi religius, maka berarti tasawuf atau sufisme akan dapat menghidupkan kembali berbagai aspek kehidupan rohani Barat yang selama ini tercampakkan dan terlupakan.
Dalam hal ini, Nasr pun mencoba menawarkan Tasawuf Fositif dan Neo sufisme. Kenapa dia menawarkan tasawuf untuk mengatasi kegalauan manusia modern? Dia melihat terjadinya gelombang, dimana barat berbondong-bondong mempelajari sufisme. Ajaran Islam yang bersifat metafisis dan mistis yang dijumpai dalam sufisme dapat memberi jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan intelektual dan dapat memuaskan dahaga manusia yang mencari Tuhan.
Diantara sumbangan tasawuf dalam kehidupan adalah mengembalikan sifat permanen manusia yang hilang oleh faham evolusi yang mengakibatkan lepas dari alam spiritualnya dan memberi makan bagi kebutuhan batiniyah. Ini penting, karena manusia tidak hanya bersifat aksidental dan lahiriyah tapi batiniyah atau kejiwaan, dan aspek jiwa itulah yang harus terus dilatih untuk menerima sinaran spiritualTuhansehinggamemperoleh kesempurnaansebagailangkah menuju kepastian.
Kebutuhan manusia terhadap agama adalah suatu hal yang sifatnya alamiah. Bagaimanapun perkembangan manusia, ia akan senantiasa membutuhkan ajaran-ajaran yang bersifat transendental. Karena, kebutuhan mengenal Tuhan merupakan sifat kebutuhan fitrah manusia. Melihat kecenderungan ini, dengan tawaran-tawaran di atas, kita berharap Islam mampu memainkan peranannya kepada pencari-pencari agama di Barat.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
Referensi
Haikal, Husein. 1965. Hayâtu Muhammad. Mesir: Maktabah Nahdhah.
Hamka. 1983. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hamka.1994. Tasauf Perkembangan Dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hadimulyo. 1997. Etika bisnis, (Jurnal Ulumul Quran ) no 3 vii.