Semua Agama memiliki dimensi mistikalnya, mempunyai dimensi ruhaninya (dimensi esoteris), mempunyai dimensi eksoterisnya (segi luar). Di dalam Agama Islam keberagamaan yang menukik sampai kepada dimensi esoteris (dimensi ruhiyah) kita sebut sebagai tasawuf, dimensi inilah yang sangat mempengaruhi spiritualitas penganutnya.
Ajaran spiritualitas Islam atau sufisme nampaknya mempunyai signifykansi yang kuat bagi masyarakat Barat modern, karena mereka mulai merasakan kekeringan batin dan kini upaya pemenuhannya kian mendesak.
Mereka mencaricari, baik terhadap ajaran Kristen maupun Budha atau sekedar berpetualang kembali kepada alam sebagai 'uzlah' dari kebosanan karena lilitan masyarakat ilmiah-teknologis.
Dalam situasi kebingunan seperti itu, Islam masih belum dipandang sebagai alternatif pencarian, Mengapa? karena Pertama, Islam dipandang dari sisinya yang legalistis-formalistisdan banyak membentuk kewajiban bagi pemeluknya serta tidak memiliki kekayaan spiritual; Kedua Islam di Barat bercitra negatif karena kesalahan orientalis dalam memandang Islam lewat literatur dan media massa. Akibatnya, Islam dipandang sebelah mata oleh masyarakat Barat;
Ketiga Bagi dunia Barat, masih amat asing kalau Muhammad ditempatkan sebagai tokoh spiritual, dan Islam memiliki kekayaan rohani yang sesungguhnya amat mereka rindukan. Citra idola seorang tokoh spiritual menurut mereka hanyalah berkisar pada Budha Gautama yang meninggalkan kemewahan hidup kerajaan, atau Kristus sang penebus dosa anak cucu Adam, atau pada Gandhi yang hidupnya begitu sederhana meski pribadinya amat besar. Sementara Muhammad? Dia lebih dikenal sebagai panglima perang yang terlalu sibuk dengan penakhlukkan wilayah dan membangun kekuasaan duniawi.
Kini saatnya memperkenalkan dimensi batiniah Islam kepada manusia Barat sebagai alternatif. Islam perlu disosialisasikan pada mereka, setidak-tidaknya ada tiga tujuan utama.
Pertama, turut serta berbagi peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan sebagai akibat dari hilangnya nila-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris Islam, terhadap masyarakat Barat modern. Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni tasawuf, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak lagi berdenyut, maka keringlah aspekaspek lain ajaran Islam.
Tapi, bagaimana ajaran Islam dapat dipraktekkan pada masyarakat Barat modern? Menurut Nasr, Setidak-tidaknya ada tiga tataran Islam yang dapat mempengaruhi Barat.
Pertama, ada kemungkinan mempraktekkan ajaran spiritual Islam secara aktif. Pada tahap ini orang harus membatasi kesenangan terhadap dunia materi dan kemudian mengarahkan hidupnya untuk bermeditasi, berdo'a, mensucikan batin, mengkaji hati nurani, dan melakukan praktek-praktek ibadah lain seperti wirid, misalnya.
Kedua,tasawufmungkinsekali mempengaruhi Barat dengan cara menyajikan Islam dalam bentuk yang lebih menarik, sehingga orang dapat menemukan praktekpraktek tasawuf yang benar. Untuk mempraktekan sufisme secara aktif kita harus mengikuti ucapan Nabi “Matilah kamu sebelum mati”.
Orang harus “mematikan “ diri sebelum dilahirkan kembali secara spiritual. Selain itu, supaya Barat tertarik pada Islam, maka Muslim harus mampu menyajikan dan mendakwahkan Islam kepada Barat dengan lebih menarik, yakni keseimbangan antara aktivitas duniawi dengan ukhrawi.