Mohon tunggu...
Muhamad Saprudin
Muhamad Saprudin Mohon Tunggu... Guru - A Lifelong Learner

A Lifelong Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Tafsir Al-Quran dan Hadits tentang Moderasi Beragama

9 November 2020   12:00 Diperbarui: 9 November 2020   12:02 14382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep moderasi dalam Q.S. al-Baqarah ayat 143 disebut dengan al-wasathiyah. Kata tersebut terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti: "tengah-tengah diantara dua batas, atau dengan keadilan, yang tengah-tengah atau yang standar atau yang biasa-biasa saja". Moderasi tidak dapat tergambar wujudnya kecuali setelah terhimpun dalam satu kesatuan empat unsur pokok, yaitu kejujuran, keterbukaan, kasih sayang dan keluwesan.

Menurut hadits riwayat al-Bukhari dan Ahmad, ayat tersebut turun berkaitan dengan sabda Nabi Saw yang artinya: "Di hari kiamat kelak Nabi Nuh As. akan dipanggil (Allah) lalu ditanya: "Apakah Engkau telah menyampaikan (wahyu)? Ia lalu menjawab: ya, sudah. Kaumnya lalu dipanggil dan ditanya: "Apakah dia (Nuh) telah menyampaikan kepada kalian?" Mereka menjawab: "Tidak seorang pemberi peringatan pun datang kepada kami." Lalu Nuh ditanya lagi, "Siapa yang bersaksi kepadamu?" Ia menjawab: "Muhammad dan ummatnya", lalu turunlah ayat tersebut.

Ada dua sifat utama yang melekat pada ummatan wasathan, yaitu: (1) al-khairiyyah, serba berorientasi yang terbaik, afdal dan adil; dan (2) al-Bainiyyah, pertengahan, moderat, tidak ekstrem kanan dan ekstrim kiri. Hal ini antara lain dapat dipahami dari ayat: "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir; dan pembelanjaannya itu berada di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. al-Furqan/25: 67)

Menurut Ibn Taimiyah, Islam itu agama moderat, jalan tengah. Umat Islam berada di tengah-tengah di kalangan para Nabi dan Rasul, serta orang-orang shalih, tidak berlebih-lebihan. Seperti orang-orang Nashrani, yang "mereka itu menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan mereka juga mempertuhankan Isa bin Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan." (QS. At-Taubah/9: 31)

Ummatan wasathan merupakan prototipe umat yang memiliki dan memegang teguh prinsip. Pertama, prinsip tidak melampaui batas (ghuluww), baik dalam bersikap, bertutur kata, berbuat, termasuk beribadah.

Dalam hal ini Allah berfirman: "Katakanlah, hai Ahli kitab janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam beragama. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad SAW) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia, dan mereka tersesat dari jalan yang benar." (QS. al-Ma'idah/5: 77).

Kedua, prinsip tidak melakukan hal-hal yang sia-sia belaka, baik perkataan maupun perbuatan. Allah berfirman: "... Dan orang-orang yang memalingkan dari perbuatan sia-sia/lagha" (QS. al-Mukminun: 3). Sabda Nabi: "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia sanggup meninggalkan perbuatan sia-sia yang tidak memberi manfaat sedikitpun." (HR. Muslim).

Ketiga, prinsip selalu berada dalam al-Shirath al-Mustaqim (jalan yang lurus dan benar). Artinya, ummatan wasathan dituntut untuk selalu berada dalam petunjuk jalan lurus dan benar (Islam) dengan senantiasa mentaati syari'atnya, mengikuti al-Qur'an dan as-sunnah.

Menurut Ibn Taimiyah, jalan lurus dan benar merupakan puncak moderasi karena berada di jalan yang benar berarti berada di tengah-tengah kebenaran, tidak menyimpang, dan tidak pula ekstrim.

Jadi, ummatan wasathan adalah khaira ummah, umat terbaik yang selalu menyerukan kebaikan dan melarang kemunkaran, dan selalu menjadikan hidupnya penuh keseimbangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, sekaligus menjadikan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun