Mohon tunggu...
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Sebagai penulis yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap teknologi, sejarah, dan sastra, saya menikmati menjelajahi berbagai inovasi teknologi yang mengubah dunia kita. Saya juga tertarik mempelajari sejarah untuk memahami bagaimana peristiwa masa lalu membentuk masa kini. Selain itu, saya menggemari sastra, baik sebagai pembaca maupun penulis, karena karya tulis memiliki kekuatan untuk menggugah pikiran dan perasaan. Melalui tulisan-tulisan saya di Kompasiana, saya berharap dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan inspirasi dengan komunitas yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena "Nekat" di Media Sosial: Kenapa Semua Orang Ingin Viral?

14 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   14:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: DALL-E oleh OpenAI, dengan ide dari Muhamad Rifki Yulistiansyah

Dalam perkembangan zaman yang kian cepat, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dengan jutaan pengguna yang aktif, platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter bukan hanya tempat untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga arena untuk mencari perhatian dan pengakuan. Fenomena 'nekat' dalam upaya mencapai viralitas menjadi sebuah tren yang menarik untuk ditelusuri. Lantas, apa yang membuat banyak orang berani mengambil risiko demi meraih status viral?

Kebutuhan Akan Pengakuan

Salah satu faktor pendorong utama dari fenomena ini adalah kebutuhan manusia akan pengakuan. Dalam masyarakat yang sangat kompetitif, popularitas di media sosial sering dianggap sebagai indikator kesuksesan. Banyak individu merasa bahwa jumlah likes, komentar, dan pengikut merupakan refleksi dari nilai diri mereka. Oleh karena itu, tidak jarang kita melihat orang-orang berani melakukan tindakan ekstrem atau bahkan konyol demi mendapatkan perhatian yang mereka inginkan.

Pengaruh Influencer dan Selebriti

Pengaruh yang kuat dari influencer dan selebriti juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak dari mereka sering kali memposting konten yang berani dan unik, yang kemudian ditiru oleh penggemar. Ketika seseorang menyaksikan idolanya meraih banyak perhatian melalui aksi nekat, dorongan untuk meniru menjadi semakin kuat. Hal ini menciptakan siklus di mana semakin banyak orang berupaya keras untuk terlihat berbeda dan menarik perhatian.

Potensi Monetisasi Konten

Di balik keinginan untuk menjadi viral, terdapat pertimbangan finansial yang tidak dapat diabaikan. Banyak konten kreator yang berhasil memonetisasi kehadiran mereka di media sosial. Dengan jumlah pengikut yang besar, peluang untuk mendapatkan sponsor atau tawaran kolaborasi juga meningkat. Hal ini mendorong banyak orang untuk mengambil risiko demi menciptakan konten yang lebih mencolok dan kadang kontroversial.

Media Sosial sebagai Arena Kompetisi

Di samping itu, media sosial kini berfungsi sebagai arena kompetisi, di mana setiap pengguna berupaya untuk menonjol di antara kerumunan. Fenomena ini semakin diperparah dengan algoritma platform yang cenderung memberikan lebih banyak visibilitas kepada konten yang mendapatkan interaksi tinggi. Akibatnya, pengguna berlomba-lomba menciptakan konten yang dapat menarik perhatian dalam waktu singkat, seringkali tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.

Ketidakpastian dan Keberanian

Aspek keberanian dalam melakukan tindakan nekat sering kali menjadi daya tarik tersendiri. Dalam konteks ini, tindakan yang berisiko tinggi dapat menciptakan kegembiraan, baik bagi pelaku maupun penonton. Sensasi yang ditawarkan oleh konten-konten nekat sering kali sulit untuk ditolak. Namun, banyak yang lupa bahwa tidak semua aksi nekat berujung pada hasil yang positif. Beberapa tindakan bisa berujung pada konsekuensi yang serius, baik secara fisik maupun psikologis.

Dampak Sosial dan Psikologis

Fenomena ini juga memiliki dampak sosial dan psikologis yang perlu dicermati. Banyak orang terjebak dalam pencarian pengakuan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Ketika sebuah konten tidak mendapatkan perhatian yang diharapkan, rasa kecewa yang mendalam dapat muncul. Selain itu, banyak individu yang merasa harus terus-menerus menciptakan konten yang lebih ekstrem untuk mempertahankan popularitas, yang menciptakan tekanan yang tidak sehat.

Fenomena nekat di media sosial mencerminkan dinamika yang kompleks antara kebutuhan akan pengakuan, pengaruh dari orang-orang terdekat, potensi monetisasi, dan persaingan yang ketat. Meskipun menjadi viral bisa membawa banyak keuntungan, penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan risiko dan dampak dari tindakan mereka. 

Pada akhirnya, media sosial seharusnya menjadi tempat untuk mengekspresikan diri, bukan sekadar arena untuk mengejar ketenaran semata. Dengan pemikiran yang bijak dan bertanggung jawab, kita bisa menjadikan platform ini lebih bermakna bagi diri sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun