Mohon tunggu...
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH
MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Sebagai penulis yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap teknologi, sejarah, dan sastra, saya menikmati menjelajahi berbagai inovasi teknologi yang mengubah dunia kita. Saya juga tertarik mempelajari sejarah untuk memahami bagaimana peristiwa masa lalu membentuk masa kini. Selain itu, saya menggemari sastra, baik sebagai pembaca maupun penulis, karena karya tulis memiliki kekuatan untuk menggugah pikiran dan perasaan. Melalui tulisan-tulisan saya di Kompasiana, saya berharap dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan inspirasi dengan komunitas yang lebih luas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena "Nekat" di Media Sosial: Kenapa Semua Orang Ingin Viral?

14 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   14:11 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: DALL-E oleh OpenAI, dengan ide dari Muhamad Rifki Yulistiansyah

Aspek keberanian dalam melakukan tindakan nekat sering kali menjadi daya tarik tersendiri. Dalam konteks ini, tindakan yang berisiko tinggi dapat menciptakan kegembiraan, baik bagi pelaku maupun penonton. Sensasi yang ditawarkan oleh konten-konten nekat sering kali sulit untuk ditolak. Namun, banyak yang lupa bahwa tidak semua aksi nekat berujung pada hasil yang positif. Beberapa tindakan bisa berujung pada konsekuensi yang serius, baik secara fisik maupun psikologis.

Dampak Sosial dan Psikologis

Fenomena ini juga memiliki dampak sosial dan psikologis yang perlu dicermati. Banyak orang terjebak dalam pencarian pengakuan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Ketika sebuah konten tidak mendapatkan perhatian yang diharapkan, rasa kecewa yang mendalam dapat muncul. Selain itu, banyak individu yang merasa harus terus-menerus menciptakan konten yang lebih ekstrem untuk mempertahankan popularitas, yang menciptakan tekanan yang tidak sehat.

Fenomena nekat di media sosial mencerminkan dinamika yang kompleks antara kebutuhan akan pengakuan, pengaruh dari orang-orang terdekat, potensi monetisasi, dan persaingan yang ketat. Meskipun menjadi viral bisa membawa banyak keuntungan, penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan risiko dan dampak dari tindakan mereka. 

Pada akhirnya, media sosial seharusnya menjadi tempat untuk mengekspresikan diri, bukan sekadar arena untuk mengejar ketenaran semata. Dengan pemikiran yang bijak dan bertanggung jawab, kita bisa menjadikan platform ini lebih bermakna bagi diri sendiri dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun