The thing is, itu adalah hal yang normal. Itulah kompetisi. Akan selalu ada tim yang lebih kuat dan akan selalu ada tim yang lebih lemah. Normalnya, tim yang kuat akan mengalahkan tim yang lemah, tapi tim yang lemah juga bukan tanpa kesempatan.
Seiring waktu, status tim kuat dan tim lemah dapat berganti dan bertukar. Dan di situ lah seninya; bagaimana tim kuat bisa mempertahankan kekuatannya; bagaimana tim yang terpuruk bisa kembali bangkit; bagaimana tim amatir bisa berkembang menjadi klub profesional kasta tertinggi dan meraih trofi.
Dinamika inilah yang coba dihentikan oleh pemilik-pemilik klub founder ESL. Mereka tidak ingin ada Leicester-leicester dan Atalanta-atalanta baru. Mereka tidak ingin menjadi Schalke. Mereka tidak mau menjadi Nottingham Forest---mantan juara Eropa yang sekarang terjerat di kasta kedua Liga Inggris.
Namun alih-alih mengelola klub agar tetap berada di level tertinggi, mereka mengambil jalan pintas dengan membentuk kompetisi eksklusif. Mereka membekukan roda yang berputar agar mereka selalu berada di atas.
Pertanyaannya, kalau roda itu sudah tidak bisa berputar lagi, untuk apa klub-klub kecil bertanding? Kalau status klub elit Eropa didefinisikan sebagai 12 klub itu dan tidak bisa diganti, untuk apa klub-klub lain menanggung kekalahan?
Membunuh Klub-klub Kecil dan Akar Rumput
Dengan semakin tertutupnya kesempatan klub-klub kecil untuk berkembang, kesenjangan antara klub elit dan klub kecil akan semakin lebar. Perlu diketahui, salah satu pemasukan utama suatu klub sepakbola adalah dari hak siar.
Pertandingan yang melibatkan klub elit tentu akan mengundang lebih banyak penonton, dan pendapatan dari hak siar pun menjadi lebih besar. Itulah yang menjadi target klub-klub founder ESL.
Membuat kompetisi yang memaksimalkan jumlah pertandingan, menampilkan Big Match setiap pekan, tidak mengundang klub-klub 'penggembira' yang hanya mengurangi rating pertandingan.
Pendapatan dari hak siar memang sebesar itu; bahkan klub-klub yang gugur di babak 16 besar Liga Champions mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada klub yang menjuarai Liga Europa karena pendapatan hak siar. Nilai hak siar di ESL dikabarkan lebih dari dua kali lipat Liga Champions.
Dengan adanya ESL, klub-klub elit akan mendapatkan suntikan dana yang sangat besar setiap tahunnya. Dengan dana tersebut, mereka dapat membeli pemain dan pelatih terbaik, membentuk tim yang kuat di musim selanjutnya, menghasilkan lebih banyak lagi uang, dan seterusnya.
Menyisakan sangat sedikit kesempatan dan sumber daya bagi klub-klub lain. Kondisi di atas sebenarnya sudah terjadi selama ini, tapi skalanya akan bertambah berkali-kali lipat dengan adanya ESL.