Mohon tunggu...
Muhammad Ramli
Muhammad Ramli Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat Leterasi

Sudah Berkeluarga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Lost City, Menelusuri Jejak Nyai Undang dari Kuta Bataguh

19 Februari 2018   19:39 Diperbarui: 19 Februari 2018   20:00 1853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk legenda Nyai Undang lebih lengkapnya dapat ditelusuri di sini: https://www.infoitah.net/2015/12/legenda-nyai-undang-pertempuran-kuta-bataguh.html?m=1

Tapi saya kira informasi yang lebih lengkap tentang Nyai Undang dan Kuta Bataguh-nya ada dalam buku The Lost City: Menelusuri Jejak Nyai Undang Dari Kuta Bataguh Dalam Memori Suku Dayak Ngaju yang ditulis oleh Herry Porda N.P. & M. Z. Arifin Anis & Mansyur. Sayangnya saya juga belum memiliki buku ini, maklumlah budget untuk membeli buku saya sudah ke-ok duluan. Semoga di bulan depan saya dapat memiliki buku ini.

Sisa-sisa kerajaan ini masih dapat terlihat ketika saya masih kecil. Tonggak-tonggak gelondongan dari kayu ulin yang berdiri berjejer rapi berdeameter antara 40 sampai 50 cm dijadikan sebagai benteng pertahanan kerajaan. Sebagian besar kayu-kayu ulin ini sudah tinggal sebatas tanah karena terbakar api. Sebagian warga juga mengambilnya untuk dijadikan sebagai bahan untuk membuat rumah.

Sisa-sisa peninggalan sejarah ini semakin hancur ketika orang-orang berdatangan untuk mencari emas di dalam lokasi bekas kerajaan yang luasnya berpuluh-puluh hektar (menurut laporan petugas dari Provinsi Kalteng yang datang pada akhir Agustus 2017 lalu melakukan analisis  terhadap Kuta Bataguh luasnya mencapai 5.000 meter persegi). Walaupun ada kepercayaan lokal di masyarakat bahwa segala apa yang ditemukan di sini tidak boleh dibawa ke laur, apabila dibawa akan menjadi malapetaka baginya. Namun tetap saja tidak menghalangi situs ini dari kehancuran, disamping tidak adanya edukasi dari pihak yang berwenang.

Gauri Vidya Dhaneswara, analis Potensi Cagar Budaya dan Koleksi Musium bersama Markorius, Kepala Seksi Registrasi dan Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalteng dalam laporan Tabengan.com mengatakan bahwa Bataguh pada masanya merupakan pusat perdagangan yang cukup tersohor dan telah berhubungan dengan Tiongkok. Terbukti dengan ditemukannya manik dari Tiongkok.

Sumber: Tabengan.com
Sumber: Tabengan.com
Juga, diperkirakan ada indikasi Bataguh sudah menjalin hubungan dengan pedagang dari Timur Tengah, dengan ditemukannya manik bintang dan bulan. Selain itu ditemukan juga meriam. Meriam pertama kali diproduksi oleh Tiongkok, dan dibuat secara massal. Menurut Gauri akan diadakan uji coba karbon terhadap barang-barang yang ditemukan sehingga nanti akan diketahui umur barang tersebut.

Baru-baru ini saya melihat di status facebooks kawan sekampung asal saya, bahwa hari Sabtu atau Minggu, 17 &18/02/2018 ini Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran akan mengunjungi situs sejarah yang lama terlantar ini. Baru-baru ini juga telah dibangun jalan darurat menuju ke situs sejarah tersebut. Namun barusan saya mendapatkan kompirmasi bahwa Sabran urung datang, walaupun masyarakat di Kuta Bataguh telah menanti-nanti kedatangannya.

Semoga saja dengan adanya perhatian dari pihak berwenang situs sejarah yang sangat berharga tersebut dapat dilestarikan, sebagai sumber sejarah dan edukasi bagi generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun