Mohon tunggu...
Muhamad Rafli Pribadi
Muhamad Rafli Pribadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Mercubuana

NIM : 43223010022 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Jakarta Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   15:43 Diperbarui: 28 November 2024   15:43 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Korupsi sebagai Masalah Moral dan Sistemik

Korupsi adalah salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Di Indonesia, korupsi telah menjadi masalah yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah, menurunkan kualitas pelayanan publik, dan menghambat pembangunan.

a. Akar Korupsi: Ketidakmampuan Mengendalikan Diri

Banyak kasus korupsi berawal dari kelemahan individu dalam mengendalikan keinginan. Godaan materi, kekuasaan, dan status sering kali menjadi pendorong utama. Individu yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya cenderung tergoda oleh keuntungan sesaat, meskipun hal itu merugikan banyak pihak.

b. Korupsi sebagai Krisis Nilai

Korupsi juga mencerminkan krisis nilai. Ketika integritas dan kejujuran digantikan oleh keserakahan dan egoisme, maka tindakan tidak etis menjadi lebih mudah dilakukan. Oleh karena itu, pencegahan korupsi membutuhkan pendekatan yang tidak hanya bersifat sistemik, tetapi juga bersifat personal dan nilai-nilai moral yang mendalam.

2. Relevansi Kebatinan dalam Pencegahan Korupsi

Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram memberikan solusi moral dan filosofis yang kuat untuk mencegah korupsi. Nilai-nilai yang diajarkan, seperti pengendalian diri, kesederhanaan, dan keseimbangan batin, menawarkan pendekatan yang efektif untuk menangkal godaan korupsi.

a. Pengendalian Diri untuk Mengatasi Godaan

Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya pengendalian diri sebagai landasan kebahagiaan dan kehidupan yang benar. Dalam konteks korupsi, pengendalian diri memungkinkan individu untuk menahan godaan keuntungan pribadi yang tidak sah.

Sebagai contoh:

  • Seorang pegawai negeri yang mampu mengendalikan dirinya tidak akan tergoda menerima suap meskipun peluang tersebut ada.
  • Pejabat publik yang memahami nilai kebatinan akan lebih memilih integritas dibandingkan keuntungan sesaat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun