Di sana berdiri rumah-rumah, karya tangan leluhur,
Bersatu dalam keindahan, dalam kebahagiaan dan kesedihan,
Namun, sekarang mereka terhempas dalam kehancuran yang tak terhindarkan.
Dinding-dinding itu menyaksikan generasi berlalu,
Mengalami tawa dan tangis, kisah cinta dan perjuangan.
Mereka menyimpan kenangan yang tak terhitung jumlahnya,
Rumah bagi keluarga, tempat suci di bawah matahari.
Namun, dalam sekejap, semuanya lenyap,
Ketika kebijakan dan konflik mengancam kedamaian.
Begitu banyak rumah yang hancur dalam kebisingan tembakan,
Ditutup oleh abu dan debu, dikepung oleh ketakutan.
Rumah-rumah kami yang hancur, bukan hanya batu dan tanah,
Mereka adalah sebagian dari diri kami yang selalu berjuang.
Mereka adalah tempat kelahiran mimpi dan harapan,
Tempat pengorbanan dan cinta, sepanjang sejarah panjang.
Kami merindukan aroma masakan ibu di dapur,
Senyum dan pelukan di ruang keluarga yang hangat.
Namun, kini, hanya kehampaan yang berdiam di sana,
Tak ada lagi cerita, hanya kenangan yang terjaga.
Kami merindukan atap yang menaungi kita di malam hujan,
Riuh tawa anak-anak di halaman saat bermain.
Namun, kini, hanya reruntuhan dan puing-puing,
Dunia terbalik, dan hati yang hancur.
Namun, kami tidak hanya akan meratapi kehilangan ini,
Kami akan bersatu dan membangun kembali dari puing-puing.
Kami akan membangun rumah-rumah baru, berkat tekad dan harapan,
Menghadapi badai dan konflik, kami akan berdiri dengan semangat.
Rumah-rumah kami yang hancur di Palestina,
Mengajar kami tentang ketahanan dan keberanian.
Mereka adalah simbol perjuangan dan keteguhan hati,
Kami akan selalu mengenang mereka, sepanjang masa.
Kami mendoakan perdamaian di tanah yang kami cintai,
Agar generasi mendatang dapat menikmati kedamaian.
Kami berharap suatu hari nanti, rumah-rumah kami yang hancur,
Akan kembali berdiri dalam keindahan, dalam harmoni yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H