Mohon tunggu...
Muhamad Nur Hasani
Muhamad Nur Hasani Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Andong

Menjelalah ide-ide kreatif dan menuangkan pengalaman penjelahan dalam karya yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif dan Ikhtiar Layanan Pendidikan Terbaik

20 Agustus 2024   05:26 Diperbarui: 20 Agustus 2024   06:25 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan dasar 'penguasan' kelas XII 7 ini merasa tidak terpenuhi, sehingga mengajak perkelahian:kontak fisik, sebagai ajang pembuktian siapa yang menang. Saya dan rekan-rekan segera mengambil langkah cepat: membawa semua yang terlibat ke dalam ruang tertentu, untuk menjalankan segitiga restitusi. Dari mulai mestabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Hingga pada akhirnya, terjadilah perdamaian. Pernyataan damai itu pun, mereka sampaikan di tengah halam sekolah, disaksikan seluruh peserta didik.

Dari pengalaman ini, penulis dapat mengambil nilai, bahwa penerapan budaya positif akan selalu menghadapi tantangan dalam waktu tertentu. Penerapannya, tentu saja tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hanya dengan kesungguhan dan komitmen, ikhtiar ini akan membuahkan hasil yang manis. Ada rasa kepuasan sendiri pada diri penulis, dapat mengambil  peran dalam menegakkan budaya positif di sekolah.

Perasaan saat Mengalami Tantangan 

Penulis merasa tertantang untuk menerapkan konsep segitiga restitusi dalam kasus yang disebutkan di atas. Pasalnya, bagi penulis konsep itu merupakan hal baru. Dan, tantangan ini penulis coba hadapi dengan berkolaborasi bersama rekan-rekan sejawat.

Selain tertantang, penulis merasakan bahagia dan puas dengan hasilnya. Hasil akhir damai dan pengakuan salah peserta didik XII 7, menjadikan kondusivitas sekolah yang ramah anak. Kegiatan dapat dilanjutkan dengan nilai toleransi dan kolaborasi yang lebih mengental lagi. Bisa jadi ini adalah garansi pertama, terjaganya kondusivitas sekolah dengan penerapan budaya positif, segitiga restitusi.

Hal yang Sudah Baik dan yang Perlu Diperbaiki di Sekolah

SMA Negeri 1 Andong, sebagai sekolah penggerak, tentunya sudah menerapkan disiplin positif dalam dua tahun terakhir, hingga saat ini. Penerapan disiplin sudah dilakukan. Nilai-nilai kebajikan, keyakinan sekolah, keyakinan kelas juga sudah dibangun bersama. Semua itu, sesuai dengan prinsip-prinsip dalam penerapan kurikulum merdeka. Terlebih, saat ini sudah ada belasan guru penggerak yang telah selesai menempuh pendidikannya. Hal ini menjadi 'amunisi' untuk lebih dalam lagi menerapkan prinsip-prinsip guru penggerak-sekolah penggerak.

Apa ada yang perlu diperbaiki? Tentu saja tiada gading yang tak retak. Demikian juga sekolah tempat penulis bertugas. Ada beberapa guru yang masih menerapkan posisi kontrol belum sebagai manajer, tetapi sebagai penghukum atau pembuat merasa bersalah. Untuk itu, perlu kiranya, hal ini menjadi tanggung jawab bersama, berbagi praktik baik agar posisi kontrol guru saat menghadapi permasalahan peserta didik dapat berubah. Untuk mengubahnya, tentu saja perlu mengubah pola pikirnya terlebih dahulu. Ini adalah PR bersama, saya dan rekan-rekan.

 

Sebelum Mempelajari Modul 1.4., Posisi kontrol yang sering Penulis Gunakan

Penulis sering menggunakan posisi kontrol sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah dan pemantau. Posisi itu saya ambil, dengan asumsi guru memiliki kewenangan untuk melakukannya asalkan tujuannya baik, agar perilaku peserta didik sesuai dengan aturan yang ada. Penulis merasa, hal itu adalah langkah terbaik, meskipun ada kejanggalan dalam diri penulis. Terlebih hasilnya juga tidak maksimal. Dan, kejanggalan itu saat mempelajari modul 1.4. ini terjawab: adanya pengabaian hak-hak peserta didik, sehingga seringkali mereka melakukan perintah guru tidak didasari dengan ketulusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun