Sampai di rumah pak Gito dan darinya mengatakan,"Ini ada yang tidak beres, sebentar saya ambil baskom dahulu." Kemudian dilihat lah dari dalam baskom itu, seolah-olah ada jawaban di dalam sana. "Kalau saya lihat ini dia itu pergi di hari weton bapaknya dan hal ini harus segera dilakukan ruwatan." Pintanya kepada kita semua. Namun jika dipikir-pikir hal serupa juga aku lalui hanya saja tidak begitu terlalu aku pikirkan mendalam.
   "Biarlah saya saja yang mengatakan hal ini kepada orang tua Putra, nanti kalian ketika ruwatan telah dilakukan kembalilah kemana kalian pergi bersama dan carilah jasadnya." Pesan dari pak Gito yang telah paham mengenai perihal primbon
    "Baik pak." Setelah kami berpamitan bersama, pak Gito langsung bertamu kepada keluarga Putra. Setelah esok harinya kita telah di beri informasi lagi dari pak Gito mengenai hal kemarin.
   "Sebenarnya dari pihak keluarga Putra menolak dengan adanya ruwatan, namun setelah saya bernegosiasi panjang akhirnya diperbolehkan dan hal ini harus dilakukan segera mungkin. Besok pagi sebelum acara di mulai kalian ke tempat saya dahulu yah." Pesan dari pak gito kepada kita semua.
   Sebelum dimulainya acara kita telah datang ke rumah pak Gito, "Kalian hati-hati aja kalau mau mencari meskipun itu kesalahan dari kalian bersama." Dengan penuh harapan bersama, "Baik pak, kita akan cari bersama-sama."Â
   Saat itu sosok yang menyerupai Putra dibawa ke acara untuk melakukan ruwatan. Dan disaat jasad dipanggil oleh Dalang dalam pewayangan ada yang aneh dengan muka Putra yang begitu pucat dan suara yang sangatlah bukan Putra.
   Kami pun terus melakukan pencarian hingga sore hari. Hani pun berteriak histeris karena telah menemukan jasad dari Putra. "Mari kita bawa segera pulang jasadnya." Ajak Dito kepada kita semua. Setelah sesampainya di acara semua orag tertuju pada kita dan dari keluarga juga menangisi kepergian sang anak.
   Dari sinilah kita tidak bisa menganggap sepele adanya paham empirisme atau sebuah pengalaman itu lebih kuat dibandingkan dengan adanya rasionalisme. Maka dari itu kita hanya sebisa mungkin untuk sekedar menghormati semboyan mereka saja dan jangan sampai menyinggung perasaan orang yang kuat akan paham pengalaman.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H