Mohon tunggu...
Muhammad Nandar
Muhammad Nandar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN SGD BANDUNG dan sekaligus pencari jati diri dengan mengeksplorasi kemampuan dalam bidang imajinasi bebas...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rekor

2 Oktober 2012   14:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah cinta gue memang kisah cinta yang lurus seperti jalan tol. Bukan lurus tanpa halangan. tapi lurus dengan PENOLAKAN. (Baca dengan gaya yang lebih didramatisir)

Bakat bokap gue yang katanya penakluk wanita ternyata kemampuannya tidak turun ke gue. Itu sekaligus melemahkan pribahasa lama yang berbunyi ”buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Dan nyatanya gue memang jauh dari bakat bokap gue.

Sepertinya gue adalah buah yang jatuh deket  sungai yang mengalir deras. Terbawa arus sampai ke perkampungan lalu dipungut sama anak kecil. Waktu mau dimakan kepergok sama ortunya, dibuang ke sungai lagi lalu hanyut lagi mengikuti arus, lalu di pungut sama kucing. Anjing datang kucing menghilang, buah tertendang masuk ke jurang. Jadi gue tekanin lagi lagi lagi dan lagi bahwa gue adalah buah yang jauh dari pohonnya!!

Flashback ke waktu SMA. Gue adalah lelaki yang punya rekor. Rekor gue bukan rekor muri kaya ....... main hula hula terlama yang  kaya ga ada kerjaan atau kaya ..... seperti yang kurang perhatian. Rekor gue adalah REKOR PENOLAKAN TERBANYAK (gue bingung harus bangga atow kecewa dengan rekor ini).

Pelaku penolakan pertama gue adalah GITA (bukan nama sebenernya tentunya. Gue takut dituduh mengharumkan namanya karena tidak bodoh nerima gue). Dia cewe yang berbadan biasa, dengan penampilan biasa, tinggi biasa, rambut biasa, wajah biasa kulit yang biasa, sikap biasa dan hal hal biasa seperti cewe biasa lainnya, Namun bagi hati gue, dia LUAR BIASA.

Dia pelaku penolakan gue yang pertama tapi bukan sekali kalinya. Tidak tanggung tanggung, dia nolak gue sebanyak 4 kali berturut turut.

Cara gue nembang memiliki cara yang berbeda beda. Mulai dari sms, telephone, surat, sampai akhirnya face to face (utuk care face to face gue kaya orang yang udah ga kentut selama seribu tahun ditahan. Gak di keluarin gue super sakit. Dikeluarin gue super malu maluin).

Untuk sms gue memulai dengan sms biasa

“hai!! Lagi apa??” sms gue buat buka persmsan.

“lagi tiduran. Kamu??” jawab dia disebrang sana.

Saat membaca balasannya yang ada kata ( kamu?? ) gue bahagia banget sebahagia orang yang bisa kentut yang dah lama di tahan tapi ga ketahuan. Tapi ini ternyata jebakan yang mematikan. Sudah bisa di tebak sms selanjutnya adalah PENOLAKAN!! 1, 2,3 atau empat sms balasan lagi. Tapi bagi kalian yang LOLA alias Loading Lama. Gue gak keberatan buat nulis adegan penolakan selanjutnya.

“sama dong. Aku juga lagi tiduran” jawab gue sok manis.( lah bukannya gak ketahuan nadanya?? Ini kan tulisan.)

“lah ko ikut ikutan??” bales dia.

“ngga ko. Eh Git. ada yang mau gue omongin!!” tegas gue dalam sms

“apa??” balas dia

“tapi kamu jangan jadi beda ya sama aku??” gue mulai takut gue

“ia. Emang kamu mau ngomong apa??” tanya dia lagi

“anu, sebenernya aku itu cinta sama kamu. Kamu mau ga jadi pacar aku??” kirim sms gue dengan penuh pengharapan di terima.

1 menit

2 menit

3 menit

1 jam

2 jam

3 jam

Dan akhirnya sebuah sms masuk. Gue buka dngan hati berdekup tak karuan (ayo kita pura pura ga tau hasilnya). Menekan tombol buka saja rasanya seperti menekan kentut yang tak kunjung kunjung keluar (lah ko kentut terus?? Bodo amat!! Saat nulis cerita ini gue ga kepikiran hal lain yang lebih lucu dari kentut. Lah ko ngaco ceritanya?? Balik lagi!!)

Pesan pun dibuka. Sebuah untayan kata gue baca dengan perlahan, hati hati dan cermat seperti gue lagi ujian di sekolah.

“nandar. Waktu aku baca sms kmu tentang perasaan kamu, aku seneng banget klo kamu tu suka sama aku. Tapi...”

gue berhenti baca sebentar saat bagian ini. Berharap “tapi” disana tidaklah bermakna buruk. Gue nyiapin dada gue supaya kuat. Persis seperti pasien yang mau di beritahu kalau dia punya penyakit yang sangat ganas.

“tapi aku takut nyakitin kamu kalau kita jadian nanti. Aku takut aku bakal ngecewain kamu. Jadi aku lebih memilih untuk kita temenan aja. Karena temen tidak akan menyakiti. Saya harap kamu faham dan ga marah. Sekali lagi maaf ya!! Bukannya aku apa apa. Ini untuk kebaikan kita berdua.” Balas sms dia.

Gue mikir bulak balik. Ada hal yang gue ga ngerti.


  1. “DIA SENANG GUE SUKA SAMA DIA. TAPI DIA NOLAK GUE.” (sengaja gue tulis dengan huruf kavital karena gue ingin kalian tau klo gue marah bercampur kecewa sama dia)


Gue yang bego atau dia yang oon? kenapa ada yang seneng tapi nolak..................................................

to be continue!!

butuh komen nih....  hehhe klo da yang mau lebih tau cerita ga penting selanjutnya dari gue.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun