Tidak ada alasan yang tepat untuk menyingkirkan menko Rizal Ramli dari kekuasaan, pasalnya langkah dan gebrakan kebijakan menko RR sudah benar dan tegak lurus sesuai konstitusi, sehingga wajar kalau publik yakin jika RR lah garda terdepan dalam mewujudkan visi misi dan agenda Nawacita pemerintahan Jokowi.
Kami sebagai rakyat sudah mencium adanya kelompok dan pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan menko RR di kabinet pemerintahan Jokowi. Alasan-alasan merekapun mengada-ngada dan tidak substansial berbasis idiologi dan kinerja.
Kelompok-kelompok yang menghendaki menko RR tersingkir tidak lain hanyalah kelompok yang kepentingan KKN nya terganggu, kelompok yang haus kekuasaan dan antek-antek Neolib.
Kami menyimpulkan ketiga jenis kelompok itulah yang ngotot dan berupaya dengan segala cara agar menko Rizal Ramli tersingkir. Mari kita urai siapa saja ketiga jenis kelompok itu yang sekarang mencengkeram pemerintahan Jokowi itu.
1. Kelompok yang kepentingan KKN nya terganggu
kelompok yang pertama ini populer di sebut pengPeng (penguasa pengusaha), sebenarnya jika hanya penguasa saja tentu itu adalah profesi mulia, begitupun juga jika pengusaha saja. namun jika penguasa merangkap sebagai pengusaha, maka itulah yang menjadi malapetaka rakyat dan Negara.
Sebagai Pejabat Negara (Mengelola Negara) tidak boleh sambil menjalankan profesi pengusahanya, karena pasti akan berbenturan dengan kepentinganya. contoh saja beberapa pejabat yang merangkap menjadi pengusaha, seperti wakil presiden Jusuf Kalla.
Contoh ini kami ambil karena ada beberapa fakta-fakta jika wapres JK belum menjalankan amanah kekuasaan demi rakyat, bangsa dan Negara. Bahkan terlihat menjadi induk.
Misalnya saja terkait kritik menko RR soal rencana pembangunan proyek listrik 35.000 mw dalam waktu 5 tahun pemerintahan Jokowi. Menurut berbagai kajian dan fakta-fakta di lapangan, jelas target proyek tersebut tidak masuk akal, sehingga wajar jika menko RR meminta menteri ESDM, Sudirman Said agar merevisi target tersebut. Namun apa jadinya jika niat baik demi rakyat, bangsa dan Negara itu justru dihambat oleh wapres JK sendiri, bahkan Sofyan Wanandi pun ikut-ikutan.
Maka wajar jika kemudian rakyat bertanya-tanya, apa maksud wapres JK bereaksi keras soal listrik 35.000 mw itu, apakah karena dia, keluarga dan teman-temannya banyak melakukan bisnis di sektor kelistrikan itu? Tentu jawabannya iya.
Kemudian ada contoh lain lagi, yakni soal ramai-ramai kasus kontrak Karya (KK) PT. Freeport. Dimana perseteruan antara menteri ESDM Sudirman Said dengan Setyo Novanto yang kemudian terkenal dengan kasus “papa minta saham”.
Menko RR pun menanggapi kisruh itu dengan enteng dan mengatakan jika hal itu hanyalah pertarungan antar geng yang saling berebut kue. Rakyatpun menerjemahkan statement RR tersebut sebagai pertarungan antara kubu JK versus Kubu Setya Novanto (SN).
Dalam kasus tersebut, kebusukuan geng Setyo Novanto cs pun akhirnya terbongkar, SN pun mengundurkan diri dari ketua DPR, dan sohibnya Muh Riza Chalid pun kabur. Namun jelang beberapa lama, kebusukan JK pun terbongkar, ternyata keluarga JK Diam-diam melakukan pertemuan dengan bos PT Freeport waktu itu, Jim Bob alias James R Moffet. keluarga JK itu adalah Aksa Mahmud Jusuf ipar JK, dan Erwin Aksa keponakan JK. Konon pertemuan tersebut terkait upaya memuluskan kontrak kerya PT Freeport yang akan habis pada 2021.
Itulah beberapa catatan yang berhasil mengemuka kepublik tingkah laku kekuasaan JK melalui keluarganya, dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita pastikan bahwa perilaku JK adalah perilaku PengPeng. Belum lagi soal dugaan nepotisme proyek anak JK dengan pertamina dan skandal panama papers.
2. Kelompok yang haus kekuasaan
Kelompok yang kedua ini juga sangat ngotot dengan berbagai cara urakannya agar menko RR di gusur dari pemerintahan Jokowi, tingkah laku kekuasaan mereka hiprokrit (munafik). Lagi-lagi kelompok ini sejalan dengan JK, mereka kebanyakan berlatar belakang partai politik. Dukungan mereka terhadap pemerintahan Jokowi tidak tulus demi rakyat, bangsa dan Negara. Mereka hanya mengejar jabatan dan uang.
Memang tidak semua kader-kader partai politik berlaku demikian, namun akibat ada beberapa kadernya yang bermanuver demikian, maka membuat citra partai politik tersebut terpuruk. misalnya saja Inas Nasrullah Zubir dari Hanura,
3. Kelompok antek neolib
Kelompok ini terbongkar jelas ketika ramai-ramai kasus Blok Masela, dari pengamat, akademisi, politisi sampai elit pejabat siapa saja yang hipokrit dan antek neolib sangat nampak jelas dalam persereteruan ini. Banyak pihak meyakini polemik blok masela tidak terlepas dari permainan mentor menteri ESDM Sudirman Said, yakni Kuntoro Mangkusubroto dan Erry Riyana Hardjapamekas yang menghendaki kilang laut off shore yang justru hanya menguntungkan kontraktor migas asing.
Selain itu kekuatan mereka juga di tompang sokongan dari para sportingnya, baik yang ada di kekuasaan maupun di luar kekuasaan. Yang di kekuasaan diantaranya; Johan Budi, Teten Masduki, Amin Sunaryadi, M Nasir, dsb. Sementara yang diluar kekuasaan seperti Faisal Basri, dsb. Yang lebih ngeri lagi justru kekuatan mereka berkolaborasi dengan JK. Lagi-lagi jejak JK tercium kuat menjadi beking kelompok-kelompok yang bertolak belakang dengan visi misi dan nawacita pemerintahan Jokowi
Untuk itu, dari sekian kriteria kelompok yang ada yang berupaya agar menko RR di singkirkan dari pemerintahan Jokowi, sejatinya mereka hanya akan mengalami kerugian besar karena tingkah laku dan kehendak kekuasaan mereka jelas hanya memancing kemarahan rakyat.
Keberadaan menko Rizal Ramli di kabinet pemerintahan Jokowi jelas menjadi garda terdepan dalam melawan antek-antek neolib dan tikus-tikus kekuasaan. Menko Rizal Ramli menjadi simbol keseriusan pemerintahan Jokowi dalam mewujudkan jalan Tri Sakti dan agenda Nawacita.
Maka wajar jika penilaian rakyat terhadap Menko maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli menjadi pertanda kalah menangnya garis konstitusi (Tri Sakti–Nawacita) versus garis Neolib, anti Korupsi vs Tikus2 kekuasaan (PengPeng), dan Integritas vs Hipokrit.
Salam Perjuangan Menko RR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H