Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Film

Manfaat dan Dampak Restorasi Film Lawas

28 Desember 2021   13:08 Diperbarui: 28 Desember 2021   14:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cuplikan film Tiga Dara Hasil Restorasi/ Foto: Perfini& Render Digital Indonesia

3. Bermanfaat Bagi Perkembangan Sinematografi
Pada masa lampau penggunaan teknologi yang masih terbatas membuat produksi film tidak secanggih seperti sekarang. Setelah proses restorasi kelemahan dalam pembuatan film lawas nampak terlihat sangat jelas.

Contohnya adalah film Drakula produksi Paramount Pictures (1931), Baby Days out (1994) dan Home Alone 1 (1990)  produksi 20th Century Fox terlihat bahwa pada masa itu sebisa mungkin para tim produksi bekerja ekstra agara tidak terlihat unsur kebohongan dalam film dikarenakan teknologi yang belum canggih.

Pada saat ini teknologi Computer Generated Imagery (CGI) langkah ini dilakukan untuk meminimalisir resiko keamanan para pemain dan kru serta menghemat anggaran produksi meskipun biaya untuk menggunakan CGI sangat mahal seperti Alice and Wonderland (2010) yang menghabiskan biaya sekitar 2 Triliun.

Dampak Positif Restorasi
Selain mendapatkan tampilan lebih jernih dan jelas, suasana film lawas memiliki nuansa tersendiri, tampilan restorasi bisa membuat penonton merasa terbawa ke masa lampau dengan tayangan yang sama.

Poster film sama juga bohong, Warkop DKI/ Foto: Gotix& Flik
Poster film sama juga bohong, Warkop DKI/ Foto: Gotix& Flik


Antusiasme terhadap film lawas hasil restorasi bisa dirasakan, sebab banyak yang ingin melihat film Indonesia tempo dulu secara lebih nyata, pemerintah juga sempat melakukan hal serupa dengan restorasi film Lewat Djam Malam (1954), Bintang Ketjil (1963) yang sama-sama diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia ( Perfini). Restorasi ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Badan Riset Teknologi bekerjasama dengan Render Digital Indonesia.

Budi Irawanto Dosen Prodi Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Saat diwawancarai oleh Tirto.co.id tahun 2018, menjelaskan bahwa iklim tropis sangat berpengaruh besar pada kerusakan seluloid.

"Indonesia terletak di Asia Tenggara yang iklimnya tropis. Karena itu, faktor humidity (kelembaban) berpotensi merusak film apabila cara penyimpanannya tidak tepat," Katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun