Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Al Fakhri
Muhammad Iqbal Al Fakhri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli, Bentuk dan Faktornya

12 Desember 2023   10:21 Diperbarui: 12 Desember 2023   10:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian perilaku menyimpang 

Perilaku menyimpang atau yang biasa disebut dengan istilah penyimpangan sosisal, merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan norma -- norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagai salah satu tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat baik secara sadar atau tidak.

Perilaku ini juga didefinisikan oleh oara ahli. Beberapa ahli seperti, Gillin and gillin, Lewis Coser, Bruce J. Cohen, Ronald A. Hadert dan Nasution.  Berikut penjelasannya

1. Gillin and Gillin

Menurut Gillin, Perilaku menyimpang adalah perilaku yang mneyimpang dari nilai sosial kelurga maupun norma yang ada di masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritass kelompok.

2. Lewis Coser

Lewis Coser, berpendapat perilaku menyimpang merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menyesuaikan kebudayaan dengan segala bentuk perubahan sosial.

3. Bruce J. Cohen

Menurut Bruce J. Cohen, Penyimpangan atau perilaku menyimpang merupakan setiap perlaku yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok - kelompok tertentu dalam masyarakat.

4. Ronald A. Hadert

Menurut Ronald A. Hadert perilaku menyimpang merupakan perilaku yang melanggar keinginan bersama sehingga dianggap telah menodai kepribadian kelompok dan pelaku akan dikenakan sanksi tertentu.

5. Nasution

Menurut Nasution, perilaku menyimpang merupakan perbuatan yang menyimpang serta bertentangan dengan nilai -- nilai kebaikan yang berlaku di tengah linkungan masyarakat.

Bentuk -- bentuk perilaku menyimpang 

Perilaku menyimpang dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya. Beberapa kategori umum melibatkan:

1. Perilaku Kriminal: Melibatkan tindakan yang melanggar hukum, seperti pencurian, perampokan, atau kejahatan narkotika.

2. Perilaku Seksual Menyimpang: Termasuk pelecehan seksual, prostitusi, atau tindakan seksual ilegal.

3. Perilaku Narkotika: Melibatkan penggunaan atau penyalahgunaan zat-zat terlarang.

4. Perilaku Agresif: Terlibat dalam tindakan kekerasan, pelecehan verbal, atau intimidasi.

5. Perilaku Korupsi: Melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk keuntungan pribadi.

6. Perilaku Anti-sosial: Termasuk perilaku yang merugikan orang lain tanpa adanya perasaan bersalah atau penyesalan.

Bentuk perilaku menyimpang dapat bervariasi dan tergantung pada norma-norma sosial dan hukum yang berlaku di masyarakat tertentu.

Berdasarkan perilakunya, perilaku menyimpang dapat dibagi menjadi beberapa kategori:

1. Perilaku Konformitas Sosial: Mencakup tindakan yang sesuai dengan norma-norma sosial yang umum diterima.

2. Perilaku Kepatuhan: Termasuk perilaku yang mengikuti perintah atau aturan, bahkan jika itu melanggar norma sosial atau etika.

3. Perilaku Oposisional: Melibatkan tindakan yang menentang atau menolak aturan atau norma yang berlaku.

4. Perilaku Kriminal: Terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum dan dapat dikenakan sanksi pidana.

5. Perilaku Asosial: Menunjukkan isolasi atau ketidakpartisipasian dalam kegiatan sosial.

6. Perilaku Devian: Mencakup tindakan yang dianggap menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.

Bentuk perilaku menyimpang ini mencerminkan variasi dalam cara individu bertindak dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

Faktor perilaku menyimpang

Terdapat faktor-faktor yang menjadi penyeab dari seorang individu ataupun kelompok melakukan perilaku menyimpang. Faktor penyebabnya adalah berasal dari faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan krisis identitas, kontrol diri yang lemah, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan baik di sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya. Krisis identitas yang dialami disebabkan karena seseorang tidak memahami peran yang dimilikinya, contohnya siswa tidak memahami peran yang dimilikinya sebagai seorang pelajar. Selain itu, kontrol diri yang lemah dalam membatasi berbagai pengaruh negatif yang berasal dari pergaulan menyebabkan siswa semakin jauh dari perannya sebagai pelajar.

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS Psikologi Umum dengan dosen pengampu Ibu Rahmawati, S.Psi, MA. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis

Muhammad Iqbal Al Fakhri (2285230027)

Sifa Ul Aini (2285230041)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun