Mohon tunggu...
M. Galang Rizqi Aziz
M. Galang Rizqi Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Phantom Limb Pain: Perasaan Sakit pada Bagian Tubuh yang Diamputasi

3 Desember 2021   15:26 Diperbarui: 3 Desember 2021   16:15 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Anna Shvets dari Pexels 

Phantom limb pain dirasakan oleh 80% pasien yang melakukan amputasi. Dulu fenomena ini dianggap sebagai fenomena kejiwaan sehingga banyak penderita yang takut mengungkapkannya karena khawatir dianggap memiliki gangguan jiwa.

Phantom Limb Pain

Phantom limb pain merupakan fenomena dimana seseorang yang diamputasi masih dapat merasakan sensasi atau rasa sakit pada bagian tubuh yang telah hilang. (Flor, 2002) mengemukakan bahwa rasa sakit yang dialami penderita berbeda beda, ada yang merasakan sakit yang luar biasa seperti sengtan listrik dan ada juga yang merasakan pergerakan tubuh, gatal, hangat atau dingin, dan kesemutan. 

Fenomena ini sudah ada sejak abad ke-16 yang didokumentasikan oleh ahli bedah asal prancis, Ambroise Par. Pada abad itu fenomena ini dianggap sebagai masalah psikologis sehingga banyak korban amputasi perang yang merasakan fenomena ini takut mengungkapkannya karena khawatir dianggap memiliki gangguan jiwa (Collins et al., 2018). 

Seiring perkembangannya ternyata Phantom limb pain bukan merupakan gangguan kejiwaan namun disebabkan oleh dua faktor yang secara ilmiah disebut SSP (Sistem Saraf Pusat) dan PNS (Sistem Saraf Tepi). Meskipun faktor psikologis tidak termasuk, ia tetap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keparahannya. Bagaimana penjelasannya?

Faktor SSP (Sistem Saraf Pusat)

Faktor SSP dianggap sebagai penentu utama dari fenomena ini. Ketika dilakukan pemindaian pencitraan pada otak dengan MRI, hasilnya bagian otak yang terhubung dengan saraf tubuh yang diamputasi menunjukkan adanya keaktifan ketika penderita mengalami phantom limb pain. 

Teori SSP yang paling umum saat ini merupakan CRT (Cortical Remapping Theory) atau teori pemetaan ulang kortikal dimana setelah amputasi otak akan merespon bagian tubuh yang hilang dengan mengatur ulang peta somatosensoris. Dengan kata lain, bagian tersebut hilang dan tidak dapat menerima informasi sensoris. 

Maka dari itu otak dapat mengatur ulang dan merujuk informasi ke bagian tubuh lain misalnya saja ke wajah sehingga ketika wajah disentuh seolah olah tangan juga terasa tersentuh. Selain itu karena tidak adanya umpan balik dari tubuh yang hilang otak merespon adanya sesuatu yang janggal dan menghasilkan rasa sakit.

Representasi visual juga turut mempengaruhi, misalnya berdasar pada penelitian tangan karet. Pada penelitian ini tangan yang utuh akan disembunyikan di bawah meja dan tangan karet diletakkan di depannya. 

Keduanya akan dibelai bersamaan agar penderita menganggap tangan karet itu miliknya. Untuk mengujinya tangan karet dipukul dengan palu, akhirnya orang tersebut kaget dan ketakutan. Ini disebabkan kemampuan otak menyesuaikan dengan rangsangan sensoris bagian tubuh yang hilang.

Faktor PNS (Sistem Saraf Tepi)

Faktor PNS berfokus kepada teori neuroma dan peran DRG (Dorsal Root Ganglion) atau serabut akar dorsal. DRG terbagi dua divisi yaitu divisi lateral yang terdiri dari akson atau serabut yang sebagian besar tidak bermielin (serabut C) yang membawa informasi sensorik nyeri dan suhu. 

Lalu divisi medial terdiri dari akson atau serabut yang sebagian besar bermielin (serabut A) yang membawa informasi seperti sentuhan dan getaran dari kulit dan sendi. 

Ketika amputasi, akan terjadi kerusakan pada saraf perifer dimana akson DRG akan terputus sehingga mengakibatkan terjadinya pertumbuhan abnormal pada ujung akson serabut C yang dinamakan dengan  neuroma. Neuroma meningkatkan aktivitas spontan terhadap stimulus mekanis dan kimiawi sehingga menyebabkan pelepasan ektopik yang memungkinkan terjadinya phantom limb pain.

Di beberapa kasus, phantom limb pain terjadi sebelum neuroma terbentuk. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat sumber pelepasan ektopik lainnya yaitu bersumber dari DRG. 

Ketika saraf perifer rusak, neuron di DRG meningkatkan sinyal nosiseptif (sinyal nyeri akibat dari cedera tersebut) juga penciptaan pelepasan ektopik. Nah, sinyal menyimpang yang dihasilkan tersebut dapat menyebabkan phantom limb pain. Lalu, bagaimana cara perawatan yang tepat?

Perawatan

Dalam bentuk farmakologis perwatan yang paling umum diberikan yaitu gabapentin dan pregabalin. Obat ini bekerja mengurangi rasa nyeri neuropatik. Lalu juga terdapat obat opioid dan opiat. Berdasarkan percobaan komparatif menunjukkan bahwa opioid dan opiat memiliki efektivitas yang lebih baik ketimbang gabapentin dan pregabalin akan tetapi memiliki efek samping yang lebih besar.

Selain perawatan farmakologis juga terdapat terapi yang dikembangkan untuk menangani fenomena ini, diantaranya yaitu terapi MT (Mirror Therapy) yang dianggap sebagai terapi paling murah dan efektif. Saat ini bentuk terapi MT yang dikembangkan adalah terapi cermin oleh Ramachandran dengan meletakkan cermin di depan bagian tubuh yang utuh. 

Lalu menggerakkan bagian tubuh yang utuh dan membayangkan menggerakkan bagian yang hilang secara bersamaan, sehingga pasien menganggap visual tersebut adalah  bagian tubuhnya. Selain terapi MT terdapat terapi VR (Virtual Reality) dimana cara kerja dari keduanya sama-sama menggunakan umpan balik visual untuk merepresentasikan anggota tubuh yang hilang. 

Daftar Pustaka:

Collins, K. L., Russel, H. G., Schumacher, P. J., Robinson-Freeman, K. E., O'Connor, E. C., Gibney, K. D., Yambem, O., Dykes, R. W., Waters, R. S., & Tsao, J. W. (2018). A review of current theories and treatments for phantom limb pain. The Journal Of Clinical Investigation,  128(6), 2168--2176. https://doi.org/10.1172/JCI94003  

Flor, H. (2002). Phantom-limb pain: characteristics, causes, and treatment. The Lancet Neurology, 1(3), 182--189. https://doi.org/10.1016/s1474-4422(02)00074-1

Rahma, C. (2021). Mengenal phantom pain, Nyeri pada Bagian Tubuh yang Sudah Diamputasi. Orami. www.orami.co.id

Subedi, B., & Grossberg, G. T. (2011). Phantom limb pain: mechanisms and treatment approaches. Hindawi Journals, 1-8. https://doi.org/10.1155/2011/864605

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun