Mohon tunggu...
Muhamad Fauzi
Muhamad Fauzi Mohon Tunggu... -

Bukan penulis, hanya seorang yang terdampar di dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Muhammadiyah dan Kembalinya Generasi yang Hilang

30 Maret 2016   16:07 Diperbarui: 30 Maret 2016   16:31 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Peserta Musyda di bawah terik matahari (Foto: Muhamad Fauzi)"][/caption](Catatan dari sebuah Musyda)

Kesan Sumowono yang identik dengan hawa dingin hari itu sepertinya sirna. Sejak pagi langit memang berada dalam kondisi cerah, matahari juga kian beranjak menyengat. Tapi bukan hanya itu, asap knalpot dari kendaraan yang memadati jalan kian membuat suasana menjadi terik.

Pagi itu, Ahad 27 Maret 2016 kendaraan yang mengangkut rombongan peserta dan penggembira Musyda Muhammadiyah Kabupaten Semarang berlalu lalang tiba di lokasi pembukaan. Jalanan di sekitar juga lokasi nampak tersendat.

Hari belum beranjak siang, acara pembukaan pun belum dimulai, tetapi tenda yang disediakan untuk ibu-ibu sudah penuh. Sementara di tenda yang disediakan untuk bapak-bapak masih lumayan lenggang. Secara Bergerombol, ibu-ibu terus berdatangan, berdiri di belakang kursi yang sudah diduduki pengunjung yang datang lebih awal.

“Itu, ibu-ibu banyak yang tidak kebagian kursi. Tolong pindahin kursinya, di tempat bapak-bapak masih banyak yang kosong!” Seorang ibu berseru kepada panitia.

Beberapa orang lalu memindahkan kursi dari tenda yang disediakan untuk bapak-bapak. Tetapi rombongan ibu-ibu terus berdatangan. Tenda yang ada juga sudah tidak mampu menaungi kursi yang dipindahkan tersebut.

Kemudian diumumkan agar bapak-bapak merapat ke kursi depan agar kursi belakang yang semula diperuntukkan untuk bapak-bapak bisa diisi oleh ibu-ibu yang sudah tidak tertampung. Beberapa panitia mengarahkan bapak-bapak untuk pindah memenuhi kursi depan.

Tak seberapa lama tempat itu sudah penuh juga. Mereka yang datang belakangan memilih berdiri, bernaung di belakang tenda, sebagian lagi menjauh dari lapangan yang sudah terasa menyengat oleh terik matahari.

Sampai ketika rombongan pawai taaruf tiba di lokasi, sudah tidak ada tempat lagi untuk mereka. Hampir semua dari mereka membubarkan diri dan berlalu lalang di luar lokasi. Hanya sebagian kecil duduk pada rerumputan di sebelah tenda yang masih ada naungannya, beberapa berdiri di sebelahnya. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak kecil, wajah-wajah anak panti, wajah-wajah yang tampak tabah. Mereka tetap berada di tempat mengikuti pembukaan, meski tidak mendapatkan tempat duduk.

“Banyak yang tidak kebagian snack, lebih dari separuh.” Terdengar sebuah celetukan. Dalam kondisi seperti ini sudah tidak dapat dibedakan antara peserta Musyda, tamu undangan dan penggembira. Siapa yang datang lebih dulu, dia yang menempati, tak peduli tempat itu sebenarnya diperuntukkan untuk siapa.

Semula diperkirakan pengunjung Musyda tidak sebanyak itu. Musyda kali ini memang direncanakan dilaksanakan secara sederhana, sesuai dengan kondisi Muhammadiyah di kabupaten ini yang gregetnya belum seperti daerah lain. Informasi yang didapat dari panitia, dianggarkan sekitar 30 Juta untuk pembukaan sekaligus pelaksanaan Musydanya, padahal ini merupakan Musyda bersama Muhammadiyah beserta tiga ortom, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Dibandingkan even sebelumnya yang juga diselenggarakan di Sumowono oleh sebuah ormas lain, even yang hanya seperti pengajian saja dianggarkan sampai 70 juta, namun dalam pelaksanaannya membengkak hingga 105 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun