Mohon tunggu...
Rifaldi Zaelani Fattah
Rifaldi Zaelani Fattah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa - Sastra Indonesia, Universitas Padjajaran

Seorang mahasiswa yang sedang mencari "apa yang dia suka"

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Sastra Populer? Tidak Seburuk Itu!

29 Juni 2024   10:15 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:25 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sastra menawarkan suasana baru dalam menyelami hidup manusia. (Sumber: Freepik via kompas.com)

Pada era modern ini, kita bisa mudah menemukan sesuatu yang populer atau sesuatu yang disukai oleh banyak orang, salah satunya adalah sastra populer. 

Menurut Victor Neuburg Sastra populer merupakan bacaan para pembaca dari kalangan biasa untuk hiburan. Umar Kayam pun berpendapat bahwa sastra populer ditulis untuk selera populer dan kemudian sebagai barang dagangan dan hanya untuk menghibur. 

Bisa disimpulkan sastra populer adalah karya sastra yang dibuat dengan harapan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan berisi hiburan untuk menghibur pembaca. 

Sastra populer bisa populer karena sesuai definisi, sastra populer bertujuan untuk menghibur pembaca. Sastra populer berisi konten yang relevan atau sangat dekat dengan pembaca seperti kisah percintaan, persahabatan, dan komedi. 

Sastra populer juga cenderung menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti, sastra populer membuat para pembaca yang ingin dihibur tidak perlu berpikir keras untuk memahami maksud dari kata-kata yang terdapat dalam cerita. 

Selain itu, jika kita lihat dari jumlah antara pembaca biasa dengan pembaca serius, terdapat perbedaan jumlah di sana. 

Pembaca serius seperti mahasiswa sastra, dosen sastra, kritikus sastra, dan sastrawan itu sendiri tentunya lebih sedikit daripada pembaca biasa yang tidak terlalu memikirkan sastra secara mendalam dan hanya menginginkan hiburan belaka. 

Meskipun sastra populer banyak disukai oleh kebanyakan orang, terutama oleh pembaca biasa. Tetapi, kebanyakan pembaca serius seperti mahasiswa sastra, dosen sastra, kritikus sastra, dll, merasa bahwa sastra populer itu tidak terlalu bagus untuk dijadikan sebagai bahan bacaan apalagi sebagai bahan bahasan. 

Jika adapun pembahasan serius mengenai sastra populer, itupun yang dibahas adalah sisi sosiologisnya bukan pembahasan mengenai sisi internal karyanya. Jika adapun pembahasan mengenai karyanya, itupun merupakan sastra serius yang populer. 

Anggapan tersebut mungkin didasarkan pada kualitas sastra populer sendiri yang rendah. Sastra populer tidak memiliki kekayaan bahasa seperti sastra serius, temanya pun cenderung sederhana, ringan, dan tidak meluas. Karena sastra populer diproduksi sebagai barang dagangan, sastra populer sangat bergantung bergantung terhadap selera pasar yang menjadikan cerita dari karya sastra populer tersebut cenderung repetitif. 

Selain repetitif, sastra populer memiliki cerita yang cenderung datar, mudah ditebak, dan tidak memiliki cerita yang mendalam, yang mungkin menjadikan sastra populer kurang diminati oleh para pembaca serius.

Sastra populer hanya memfokuskan ke sisi hiburannya saja sehingga hal yang lainnya terabaikan, seperti penulisan karakter, kompleksitas tema, alur cerita yang memberikan pengalaman membaca baru. 

Mungkin ada beberapa karya sastra populer yang tidak hanya mementingkan hiburannya saja, melainkan terdapat gaya tulisan yang estetik, tema yang kompleks, dan penulisan karakter yang baik, tapi itupun karya serius yang populer seperti novel Saman karya Ayu Utami. 

Kebanyakan sastra populer cenderung diciptakan secara cepat dan tergesa-gesa demi memenuhi tuntutan pasar tanpa memperhatikan nilai sastra yang termuat di dalamnya.

Tapi, apakah sastra populer memang seburuk itu? Pendapat saya adalah tidak. Meskipun sastra populer tidak memiliki kekayaan bahasa, kompleksitas tema, penulisan karakter yang bagus, alur cerita yang memberikan sudut pandang baru terhadap sebuah permasalahan, dan nilai-nilai lainnya yang memberikan nilai tambah terhadap keestetisan sebuah karya sastra. 

Namun, sastra populer memiliki nilai yang menjadi keunggulan di dalamnya, yaitu nilai hiburan. 

Hiburan sendiri menjadi keunggulan dari sastra populer, karena sastra populer dibuat untuk menjadi karya sastra yang menghibur. Sastra populer dibuat dengan mengikuti selera masyarakat. 

Jadi mana mungkin karya sastra yang ditujukan untuk menghibur, tapi malah unsur hiburannya sendiri tidak unggul, itu sangat tidak masuk akal dan dan mungkin telah gagal untuk menjadi sastra populer.

Hiburan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh kebanyakan pembaca karena di era digital yang sibuk ini, menjadikan pembaca mencari sebuah hiburan agar bisa sejenak melarikan diri dari kehidupan sibuk yang dijalani, salah satunya dengan membaca sastra populer. Ketika membaca sastra populer, pembaca tidak perlu memikirkan isinya dengan serius karena isinya mudah dipahami. 

Pembaca tinggal membayangkan menjadi karakter di dalam cerita yang mungkin digambarkan sebagai manusia campuran malaikat. Pembaca tidak perlu mengonfirmasi kebenaran dari sebuah teks karena yang dibacanya hanya hiburan belaka. Sastra populer merupakan salah satu obat yang pas dalam menghadapi kejenuhan yang dialami karena sibuknya hari yang dijalani. 

Karena sastra populer dibuat untuk hiburan yang menjadikan sastra populer unggul dalam menghibur, apakah sastra serius yang tidak dibuat untuk hiburan tidak menghibur sama sekali? Tidak juga. Sastra serius memiliki memiliki nilai estetis yang tinggi. 

Sastra serius memiliki keunikan dalam bahasanya, tema yang kompleks, penulisan tokoh yang bagus, serta alur cerita yang bisa memberikan pengalaman baru dalam membaca, sehingga menjadikan sastra serius menghibur. Sastra serius menghibur pembaca lewat sajian cerita yang perlu dipikirkan dengan serius.  Sastra serius memang tidak se menghibur sastra populer, tapi sastra serius terdapat kebenaran yang bisa didapatkan pembaca ketika membacanya. 

Sastra populer pun tidak hanya berisi hiburan saja. Terkadang sastra populer juga berisi motivasi ringan, seperti motivasi pantang menyerah, motivasi dalam ikatan persahabatan, dan motivasi mengenai hubungan percintaan yang mungkin bisa digunakan sebagai rujukan dalam menjalani kehidupan. Namun, sastra populer tetaplah sastra yang memfokuskan pada hiburannya. 

Jadi, sebagai pembaca, kita juga tetap harus membaca sastra serius. Sastra serius tidak hanya berisi kebenaran yang mungkin bisa memberikan pelajaran setelah membacanya.  Melainkan terdapat kekayaan bahasa yang bisa dijadikan referensi dalam berkata-kata. 

Tidak perlu mendikotomikan antara sastra serius dan sastra populer karena keduanya bisa dikombinasikan. 

Bacalah sastra populer untuk mengobati penat dalam menjalani kehidupan dan bacalah sastra serius sebagai salah satu sarana dalam menemukan kebenaran. Sehingga kita bisa mendapatkan keduanya yaitu hiburan dan pengetahuan. 

Referensi

Susilawati, Elis. 2021. "Karakteristik Sastra Serius dan Sastra Hiburan dalam Karya Novel"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun