Mohon tunggu...
Rifaldi Zaelani Fattah
Rifaldi Zaelani Fattah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa - Sastra Indonesia, Universitas Padjajaran

Seorang mahasiswa yang sedang mencari "apa yang dia suka"

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Sastra Populer? Tidak Seburuk Itu!

29 Juni 2024   10:15 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:25 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sastra menawarkan suasana baru dalam menyelami hidup manusia. (Sumber: Freepik via kompas.com)

Selain repetitif, sastra populer memiliki cerita yang cenderung datar, mudah ditebak, dan tidak memiliki cerita yang mendalam, yang mungkin menjadikan sastra populer kurang diminati oleh para pembaca serius.

Sastra populer hanya memfokuskan ke sisi hiburannya saja sehingga hal yang lainnya terabaikan, seperti penulisan karakter, kompleksitas tema, alur cerita yang memberikan pengalaman membaca baru. 

Mungkin ada beberapa karya sastra populer yang tidak hanya mementingkan hiburannya saja, melainkan terdapat gaya tulisan yang estetik, tema yang kompleks, dan penulisan karakter yang baik, tapi itupun karya serius yang populer seperti novel Saman karya Ayu Utami. 

Kebanyakan sastra populer cenderung diciptakan secara cepat dan tergesa-gesa demi memenuhi tuntutan pasar tanpa memperhatikan nilai sastra yang termuat di dalamnya.

Tapi, apakah sastra populer memang seburuk itu? Pendapat saya adalah tidak. Meskipun sastra populer tidak memiliki kekayaan bahasa, kompleksitas tema, penulisan karakter yang bagus, alur cerita yang memberikan sudut pandang baru terhadap sebuah permasalahan, dan nilai-nilai lainnya yang memberikan nilai tambah terhadap keestetisan sebuah karya sastra. 

Namun, sastra populer memiliki nilai yang menjadi keunggulan di dalamnya, yaitu nilai hiburan. 

Hiburan sendiri menjadi keunggulan dari sastra populer, karena sastra populer dibuat untuk menjadi karya sastra yang menghibur. Sastra populer dibuat dengan mengikuti selera masyarakat. 

Jadi mana mungkin karya sastra yang ditujukan untuk menghibur, tapi malah unsur hiburannya sendiri tidak unggul, itu sangat tidak masuk akal dan dan mungkin telah gagal untuk menjadi sastra populer.

Hiburan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh kebanyakan pembaca karena di era digital yang sibuk ini, menjadikan pembaca mencari sebuah hiburan agar bisa sejenak melarikan diri dari kehidupan sibuk yang dijalani, salah satunya dengan membaca sastra populer. Ketika membaca sastra populer, pembaca tidak perlu memikirkan isinya dengan serius karena isinya mudah dipahami. 

Pembaca tinggal membayangkan menjadi karakter di dalam cerita yang mungkin digambarkan sebagai manusia campuran malaikat. Pembaca tidak perlu mengonfirmasi kebenaran dari sebuah teks karena yang dibacanya hanya hiburan belaka. Sastra populer merupakan salah satu obat yang pas dalam menghadapi kejenuhan yang dialami karena sibuknya hari yang dijalani. 

Karena sastra populer dibuat untuk hiburan yang menjadikan sastra populer unggul dalam menghibur, apakah sastra serius yang tidak dibuat untuk hiburan tidak menghibur sama sekali? Tidak juga. Sastra serius memiliki memiliki nilai estetis yang tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun