Mohon tunggu...
muhamadakmal
muhamadakmal Mohon Tunggu... Guru - Calon Guru

Saya adalah seorang pembelajar sepanjang hayat yang berkecimpung di dunia pendiidkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Guru Menerapkan Pembelajaran Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus

28 Desember 2024   16:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   05:29 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semua orang pasti ingin lahir di dunia ini dengan keadaan normal dan sehat. Lahir secara normal merupakan karunia Tuhan yang sangat besar dimana tidak semua orang bisa lahir secara normal dan sehat. Namun bagaimana dengan mereka anak berkebutuhan khusus (ABK) yang lahir tidak normal dan sehat. Apakah mereka tidak diberikan karunia dan dikutuk? Ataukah mereka memiliki sesuatu yang Tuhan berikan dengan kelebihan lain? Terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa yang sepatutnya disyukuri.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 2013, menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah:

"Anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan,baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya". (Desiningrum, 2017)

Dalam peraturan pemerintah Dalam Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 1 ayat 9 berbunyi:

"Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi."

Pemberian pendidikan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus dengan tidak membeda-bedakan mereka adalah dengan pendidikan inklusif. Nenden mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi yang ada saat ini adalah layanan pendidikan yang menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan peserta didik regular sebayanya di sekolah regular (Simorangkir & Lumbantoruan, 2021). Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Herawati dalam penelitiannya, ia menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sebuah proses yang panjang dalam rangka memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk ikut serta dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah regular tanpa memandang keterbatasan atau kelebihan mereka. (Herawati, 2021).

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran inklusif. Pembelajaran diferensiasi memberikan kesempatan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pemahaman konsep akademik, mendorong interaksi sosial, dan mengatasi keterbatasan yang dimiliki (Friend, 2015). Guru memfasilitasi setiap kebutuhan peserta didiknya karena mereka memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi diperlakukan yang sama. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang diindividualkan (Marlina dkk., 2019). Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran yang independen.

Pada pembelajaran berdiferensiasi, penggunaan asesmen yang berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkait kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik (Tomlinson, 2001). Pengambilan informasi tersebut dapat dilakukan dengan tiga jenis pendekatan asesmen yaitu 1) asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for learning), 2) asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as learning), dan 3) asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning) (Rosana dkk., 2020)

Sekolah inklusif yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai pendekatannya harus lebih memperhatikan proses belajar, bentuk asesmen, dan penilaian yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus. Guru dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan empat aspek diferensiasi berikut:

  • Aspek konten

Diferensasi  konten  merupakan  bentuk  implementasi  merdeka  belajar  yang  dalam metode pembelajarannya memberikan materi atau sumber belajar kepada peserta didik berdasarkan keterampilan, profil belajar, dan pengetahuannya. (Suwandi dkk., 2023). Dengan mempertimbangkan keterampilan, profil belajar, dan pengetahuan peserta didik, guru dapat menyiapkan bahan dan alat ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik terutama bagi anak berkebutuhan khusus.

  • Aspek proses

Diferensiasi proses merupakan bentuk implementasi merdeka belajar yang memiliki upaya agar peserta didik dapat mengolah ide dan informasi yang didapat mencakup bagaimana peserta didik memilih gaya belajarnya, sehingga guru dapat menentukan pilihan belajar yang sesuai dengan peserta didik (Farid dkk., 2022). Pada umumnya anak berkebutuhan khusus lebih mudah belajar menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi karena anak berkebutuhan khusus dapat merasakan secara langsung pengalaman dan bekerjasama dengan teman sebayanya terlepas dari keterbatasan.

  • Aspek produk

Diferensiasi produk yaitu bentuk hasil belajar peserta didik berupa asesmen yang didemonstrasikan dengan berbagai macam cara sesuai dengan media yang tersedia (Rohimat dkk., 2023). Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih format produk yang ingin digunakan sesuai dengan latar belakang mereka dan untuk anak berkebutuhan khusus akan lebih sederhana formatnya menyesuaikan dengan kemampuannya. Hal ini dapat membentuk jiwa kreativitas dan interaktif peserta didik dalam mempresentasikan hasil diskusi yang sudah disepakati.

  • Lingkungan belajar

Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan. Menurut Rahmi, lingkungan belajar adalah semua keadaan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang terlibat dalam pembelajaran, khususnya guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses pembelajaran di sekolah (Rahmi, 2019). Ciri khas pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan belajar yang fleksibel dan dikaitkan dengan pengaruh fisik, sosial, dan intelektal (Suprayogi, 2022). Lingkungan belajar yang tersedia pada pembelajaran diferensiasi untuk anak berkebutuhan khusus yaitu ruang kelas yang fleksibel sehingga dapat mengembangkan keterampilan sosial mereka dan anak berkebutuhan khusus akan merasa lebih diterima dan dihargai dalam kelas inklusif (Sabella, 2023).

Berdasarkan keempat aspek pembelajaran diferensiasi di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendukung anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran yang diterapkan pada kelas inklusif tentunya harus menggunakan pendekatan multi-level dalam pemberian materi, lalu peserta didik dikelompokkan sesuai dengan latar belakang mereka sehingga tugas yang diberikan guru pun beragam. Selain belajar dengan kelompok kecil, guru juga harus memberikan perhatian khusus dan bimbingan secara bertahap serta melibatkan anak berkebutuhan khusus untuk berperan aktif di dalam kelas sehingga memberikan mereka pengalaman belajar yang bermakna. Dampak dari belajar secara kelompok dan terbimbing juga membuat anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan keterampilan sosial dan mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus dapat memenuhi target kurikulum dalam pembelajaran diferensiasi di kelas inklusif. Dimana strategi pembelajaran dapat mencapai target kurikulum yang berdasarkan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Hasil dari strategi pembelajaran diferensiasi ini dapat membentuk perilaku peserta didik untuk berperan aktif dalam berkelompok dan juga dapat mengembangkan kemampuan sosial, pengetahuan, dan ketrampilan. Selain itu, guru harus memperhatikan bahan ajar yang diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga mereka dapat mempresentasikan bentuk produk dari proses pembelajaran. Hal ini sudah memenuhi target kurikulum dalam segi pengembangan ketrampilan peserta didik.

Guru perlu meningkatkan keterampilannya dalam mengklasifikasian peserta didik agar sesuai dengan kebutuhan dan latar belakang mereka terutama anak berkebutuhan khusus. Guru setidaknya mampu merencanakan, memimpin,  mengelola,  dan  merancang lingkungan belajar yang efektif, inovatif dan kolaboratif (Tarirohan, 2019)

Dengan demikian, pembelajaran diferensiasi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di kelas inklusif memberikan pengaruh yang besar untuk anak berkebutuhan khusus. Tidak hanya sebagai target pemenuhan kurikulum namun anak berkebutuhan khusus lebih merasa dihargai, diterima, dan didengarkan dengan pemberian kesempatan yang sama dalam belajar tanpa memandang perbedaan. Pembelajaran diferensiasi yang menyesuaikan materi, proses, produk, dan lingkungan belajar yang mendukung kebutuhan peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus.

Daftar Rujukan

Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus. http://eprints.undip.ac.id/51629/1/Dinie_Ratri_-_Buku_Psikologi_ABK_2016.pdf

Farid, I., Yulianti, R., Hasan, A., & Hilaiyah, T. (2022). Strategi Pembelajaran Diferensiasi Dalam Memenuhi Kebutuhan Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 11177-11182. https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.10212

Friend, M. W. (2015). Menuju pendidikan inklusi : panduan praktis untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=11758

Herawati. 2021. Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Kusus. Jurnal EduHumaniora. 2(1). https://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/view/2755

Marlina, M., Efrina, E., & Kusumastuti, G. (2019). Differentiated Learning for Students with Special Needs in Inclusive Schools. 382(Icet), 678–681. https://doi.org/10.2991/icet-19.2019.164

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 1 ayat 9

Rahmi,   Z.   (2019).   Lingkungan   belajar   sebagai   pengelolaan   kelas:  Sebuah   kajian literatur. E-Tech :  Jurnal  Ilmiah  Teknologi  Pendidikan, 7(2), 1–7. https://doi.org/10.24036/et.v7i2.107071

Rohimat, S., Wulandari, D. R., & Wardani, I. T. (2023). Efektivitas pembelajaran kimia dengan pendekatan diferensiasi konten dan produk. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(3). https://jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id/index.php/MAJIM/article/view/34/53

Rosana, D., Widodo, E., Setianingsih, W., & Setyawarno, D. (2020). Pelatihan implementasi assessment of learning, assessment for learning dan assessment as learning pada pembelajaran IPA SMP di MGMP Kabupaten Magelang. Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA Dan Pendidikan MIPA, 4(1), 71-78.https://doi.org/10.21831/jpmmp.v4i1.34080

Sabella, F. (2023). PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jurnal Al Wahyu, 1(2), 134-144.

Simorangkir, M. R. R., & Lumbantoruan, J. H. (2021). Aksesibilitas Anak Berkebutuhan Khusus di Era Pendidikan 4.0. Jurnal Dinamika Pendidikan, 14(1), 204-213. https://doi.org/10.51212/jdp.v14i1.2901

Suprayogi. (2022). Pembelajaran Inklusif di Sekolah Menengah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suwandi, F. P. E., Rahmaningrum, K. K., Mulyosari, E. T., Mulyantoro, P., Sari, Y. I., & Khosiyono, B. H. C. (2023, August). Strategi pembelajaran diferensiasi konten terhadap minat belajar siswa dalam penerapan Kurikulum Merdeka. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar (Vol. 1, No. 1, pp. 57-66). https://seminar.ustjogja.ac.id/index.php/semnas_dikdasUST/article/view/1098

Tarihoran, E. (2019). Guru dalam pengajaran abad 21. Sapa: Jurnal Kateketik Dan Pastoral, 4(1), 46-58.https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/68/62

Tomlinson. (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms. Alexandria: VA: ASCD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun