Mohon tunggu...
Shobir Aal
Shobir Aal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Infrared

21 Maret 2017   22:56 Diperbarui: 22 Maret 2017   12:00 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

TRIGGER FINGER DENGAN INTERVENSI ULTRASOUND

(US), INFRARED (IRR) DAN TRANSVER FRICTION

DI RSUD BENDAN KOTA PEKALONGAN

DISUSUN OLEH :

NAMA               :Muhamad Ailul Shobir

SEMESTER      : II-B

NIM                   : 1610301158

PRODI               : S1 FISIOTERAPI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN 2016/2017

ABSTRACT

Memicu jari digambarkan sebagai suatu kondisi di mana sendi penguncian jari dalam gerakan pada saat yang fleksi posisi ekstensi. Hal ini karena peradangan lokal atau pembengkakan tendon fleksor pembungkus yang mengakibatkan membungkusnya tidak bisa normal untuk meluncur. Patologi
 perubahan jari triger biasanya terjadi peradangan tendon flekxor digitorum profunda (Stenosis), karena penebalan selubung tendon stenosing tenosynovitis, ini menyebabkan penurunan kapasitas sebagai fungsi kendala gerak jari, adanya nyeri dan kejang otot dan kemampuan fungsional menurun adalah: menulis gangguan, mengangkat benda berat. Untuk menyediakan efisien penanganan dan efektivitas, kemudian dilakukan metode pemeriksaan yang mengukur berbagai motion (LGS) dengan alat goneometer, kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT), nyeri pengukuran dengan Verbal Descriptive Scale (VAS), cacat fungsional dengan Durous hand Indeks (DHI). Setelah aksi fisioterapi selama 6 kali ada peningkatan rentang gerak (LGS), penurunan nyeri dengan Verbal Descriptive Scale (VAS), peningkatan cacat fungsional dengan Durous handIndex (DHI).

PENDAHULUAN

Trigger finger digambarkan sebagai kondisi dimana terkuncinya sendi jari pada saat di gerakan dari posisi fleksi ke arah posisi ekstensi. Hal ini di karenakan adanya inflamasi lokal atau adanya pembengkakan pada pembungkus tendon fleksor yang mengakibatkan pembungkus itu tidak dapat melucur secara normal.(Kesler randolph M,2006). Aktivitas berlebih pada jari–jari tangan sangat berresiko, kebiasaan online di warnet setelah di rasakan akan menimbulkan kelelahan pada jari tangan , sering kali kita menggunakan jari kita untuk mengetik di keyboard akan merasakan kelelahan pada jari , jari–jari akan terasa sakit bila sering digunakan dan cepat lelah saat aktifitas mengetik. Bila kemampuan kerja jari melewati kemampuan batasnya jari akan kaku bila di gerakan untuk menekuk akan susah di kembalikan pada saat di luruskan kembali. Penyebab ini di sebabkan tendon otot terjadi pengapuran sehingga selabung tendon terjepit, biasanya jari ketiga atau keempat yang mengalami seperti ini dan menyebabkan jari tidak bisa di luruskan kembali. Gejala yang lain selain kaku , nyeri juga sering didapatkan saat di gerakan menekuk, gerakannya terbatas dan berbunyi klik saat diluruskan. Fungsi yang penting tersebut membuat gangguan pada tangan, menyebabkan gangguan fungsi atau impairment yang selanjutnya dapat menjadi disabilitas. Penyakit stenosing tenosynovitis termasuk salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi dan stabilitas pada tangan.Nyeri diukur dengan VAS

 VAS (Verbal Analogue Scale) dengan keterangan nyeri diam, nyeri tekan, nyeri gerak, dengan menunjukan angka dari 0cm tidak nyeri, sampai 10 nyeri hebat 0cm 10cm tidak nyeri nyeri hebat 2. Lingkup Gerak Sendi Yaitu suatau cara yang dilakukan oleh fisioterapi untuk mengetahui besarnya lingkup gerak sendi yang dilakukan pada suatu sendi. Disini penulis menggunakan alat yaitu Goneometer untuk mengukur LGS. 3. Spasme otot dengan palpasi Spasme otot dilakukan dengan cara palpasi yaitu : dengan jalan menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien untuk mengetahui kelenturan otot jari, missal terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk kreteria penilian sebagaiberikut : Nilai 0 : tidak spasme Nilai 1 : spasme ringan Nilai 2 : spasme sedang Nilai 3 : spasme berat Prosedur Pengambilan Data a. Pemeriksaan fisik Bertujuan untik mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari: vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerak dasar, 64 kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas.

b. Interview Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan Tanya jawab antara terapis dengan sumber data

 c. Observasi Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien sebelum terapi, selama terapi dan sesudah diberikan terapi.

2. Lingkup Gerak Sendi

Yaitu suatau cara yang dilakukan oleh fisioterapi untuk mengetahui besarnya lingkup gerak sendi yang dilakukan pada suatu sendi. Disini penulis menggunakan alat yaitu Goneometer untuk mengukur LGS.

3. Spasme otot dengan palpasi

Spasme otot dilakukan dengan cara palpasi yaitu : dengan jalan menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien untuk mengetahui kelenturan otot jari, missal terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk kreteria penilian sebagaiberikut : Nilai 0 : tidak spasme Nilai 1 : spasme ringan Nilai 2 : spasme sedang Nilai 3 : spasme berat

Prosedur Pengambilan DataPemeriksaan fisik Bertujuan untik mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari: vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerak dasar, 64 kemampuan fungsional dan lingkungan aktifitas.

b.   Interview Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan Tanya jawab       antara terapis dengan sumber data

 c.  Observasi Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien sebelum terapi, selama    terapi dan sesudah diberikan terapi.

Obyek yang dibahasNyeri

Nyeri ini timbul dapat berupa nyeri tekan, gerak dan diam. Hal ini diakibatkan karena rangsangan respon sensoris tubuh oleh karena kerusakan jaringan dan juga bisa terjadi karena penekanan syaraf sensoris karena desakan jaringan yang rusak. Pada pemeriksaan nyeri didapatkan nilai nyeri diam 0cm, nyeri tekan 3cm, nyeri gerak 4cm.Spasme Otot Spasme

Otot adalah ketegangan otot yang meningkat akibat adanya rasa nyeri. Hal ini terjadi sebagai bagian dari proteksi agar bagian tubuh yang nyeri tidak bergerak LGS, maka kemampuan fungsional yang seharusnya juga akan mengalami gangguan. Sehingga aktifitas fungsional yang seharusnya dapat dilakukan, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan terapi latihan. Sehingga dapat mengembalikan aktifitas fungsional secara mandiri (DP3FT 2). Pada pemeriksaan aktivitas fungsional didapatkan hasil    Di dapur nilai 0, berpakaian 0, kebersihan 0, di kantor 2, lainnya 3. sehingga tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Spasme bersifat sementara dan dapat kembali normal. Spasme timbul sebagai reaksi terhadap kerusakan jaringan.Lingkup Gerak Sendi (LGS)

 LGS adalah lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi. Alat yang digunakan adalah goniometer. Posisi awal biasanya posisi anatomi dan disebut Neutral Zero Starting Position (NZSP). Ada tiga bidang gerak dasar yaitu bidang frontal, bidang sagital, dan bidang transversal.Pemeriksaan LGS secara aktif memberikan informasi yang sangat terbatas tentang pergerakan sendi. Apabila suatu sendi mempunyai LGS komplit secara pasif dan LGS aktifnya tidak komplit, maka harus dihubungkan dengan kemungkinan adanya kelemahan otot (DP3FT 2). Pada pemeriksaan LGS sendi MCP didapatkan nilai  S= 200-00-300, PIP S=00-00-200, DIP S= 00-00-300.

KESIMPULAN

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa trigger finger dapat mengakibatkan munculnya permaslahan adanya nyeri, keterbatasan gerak, spasme otot, gangguan aktivitas fungsional. Tindakan intervensi menggunakan modalitas berupa ultrasound, infrared, dan transfer friction yang bertujuan untuk mengurangi keluhan utama untuk mengembalikan aktivitas fungsional dari pasien, sehingga setelah melakukan  pemerikasaan dari T1 sampai T6 menggunakan evaluasi dan pemeriksaan, didapatkan sebuah cakupan hasil yang diharapakn pada pasien dengan kondisi trigger finger meliputi nyeri dapat berkurang ditunjukan dengan skala VAS (Verbal Analogue Scale), peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) menggunakan goneometer, kemudian peningkatan aktivitas fungsional dengan pemeriksaan menggunakan skala Durous Hand Index (DHI).

DAFTAR PUSTAKA

Pabst R, Putz R. 2003 . Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Penerbit : Buku Kedokteran.EGC.

Platzer Werner. 1997. Atlas Berwarna, Teks Anatomi Manusia Sistem Lokomotor muskuloskeletal, Topografi. Penerbit : dr.H.M. Syamsir,MS.

Prentice E. William. 2004. Therapeutic Modalities in Rehabilitation. california : Mc Graw Hill Medical.

Sri Mardiman, MSc, Slamet Parjoto, SMPh. 2000. Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi. Penerbit : Akademi Fisioterapi Depkes RI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun