Dengan produksi CPO terbesar di dunia yang mencapai 46,89 juta ton, ternyata konsumsi CPO di Indonesia pun paling tinggi di dunia. Menurut data Index Mundi, konsumsi minyak sawit di Indonesia mencapai 15,4 juta ton sepanjang 2021, atau hampir dua kali lipat dari negara posisi kedua tingkat konsumsi minyak sawit yakni, India yang sebesar 8,5 juta ton.
Penggunaan Tandan Buah Sawit (TBS) sendiri diolah menjadi dua produk utama: Minyak Sawit Mentah (CPO), yang diekstrak dari mesocarp atau daging buah, dan Minyak Inti Sawit (PKO), yang berasal dari biji keras di tengah tandan. Umumnya CPO untuk diolah menjadi minyak goreng, dan biodiesel, sementara PKO digunakan untuk obat-obatan dan kosmetik.
Dilain sisi, baik harga TBS dan harga CPO dunia terus mengalami peningkatan, merujuk data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti) Kementerian Perdagangan, pada perdagangan 31 Desember 2021 harga CPO di pasar spot Medan ditutup di level Rp 20.051,52 per kilogram (kg), bila dibandingkan dengan harga akhir 2020 yang berada di Rp 14.428,23 per kg, maka naik 38,97 persen.
Namun, Trase.earth memaparkan hal yang cukup menarik dimana 50 persen luasan kebun sawit Indonesia tidak jelas pengelola atau pemiliknya. Sehingga, melacak rantai pasok dari industri hulu ke hilir serta afiliasi kebun sawit dengan perusahaan pemilik fasilitas pengolahan atau refinery cukup membuat pertanyaan besar bagi penulis.
Dimana, menurut laporan tersebut dengan 16.822.834 hektare perkebunan sawit yang dimiliki 1739 perusahaan dengan 187 kelompok korporasi, dan ada 874 perusahaan pengolahan sawit dengan 1093 pabrik dari 178 kelompok korporasi, dimana jumlah perusahaan kilang sebanyak 85 perusahaan dengan jumlah perusahaan sebanyak 57 dengan jumlah korporasi hanya sebanyak 25, dan terkahir ada 352 perusahaan pengekspor CPO dan RPO di Indonesia.
Maka tak heran bila kemudian orang terkaya di Indonesia adalah pemain kelapa sawit, sebagaimana data The Science Agriculture yang memaparkan 10 perusahaan kelapa sawit dengan pendapatan terbesar di Indonesia pada 2020 yakni,
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk -- Rp 40,3 triliun
PT Astra Agro Lestari Tbk -- Rp 18,8 triliun
PT Salim Ivomas Pratama Tbk -- Rp 14,4 triliun
PT Dharma Satya Nusantara Tbk -- Rp 6,6 triliun
PT Mahkota Group Tbk -- Rp 4,1 triliun