Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Isi Deklarasi GMNI dalam Menyelamatkan Kaum Marhaen Menghadapi Industri 4.0

24 Agustus 2021   06:26 Diperbarui: 24 Agustus 2021   06:41 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera GMNI (www.qureta.com)

Pandemi Covid-19 seperti menjadi katalisator (pemercepat proses) transisi manusia, untuk adaptasi ke era digital. Bila dulu, dengan ditemukannya mesin uap menghasilkan perubahan manusia dalam melakukan produksi, sehigga kemudian memisahkan manusia dan aktivitas produksinya dan memecah belah ikatan sosial manusia yang telah lama terbentuk diantara masyarakat, menjadi persaingan individu. Apakah demikian di industry 4.0?

Bila kita pernah memesan ojek, penginapan, ataupun makanan secara online, tentu platform digital itu akan menawarkan perusahaan lain, seperti untuk urusan layanan pembayaran digital atas apa yang kita pesan. 

Berbeda dengan industry 1.0 yang menghasilkan persaingan pasar bebas, era baru ini menekankan kolaborasi dan ide-ide kreatif. Selain itu, era ini menekankan pada transparansi, seabagaimana yang pernah saya tulis dalam artikel berjudul  Prespektif Pancasila Dalam Adaptasi Blockchain Untuk Indonesia Bebas Korupsi

Pada artikel ini, penulis akan membagikan isi deklarasi yang dibuat oleh organisasi mahasiswa DPP GMNI dibawah kepemimpinan Arjuna -- Dendy, dimana GMNI telah melihat perkembangan teknologi yang bersifat eksponensial sejalan dengan revolusi industri 4.0 yang akan mengubah secara fundamental institusi-institusi mapan, tatanan sosial, pola hubungan antar manusia, bahkan cara berpikir masyarakat. 

GMNI berkomitmen, untuk menyelamatkan kaum marhaen menuju jembatas emas yang terbentang medan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang berdaulat, adil dan makmur.

Dokpri
Dokpri

DEKLARASI PEJUANG-PEMIKIR PEMIKIR-PEJUANG MARHAENIS

DPP GMNI Masa Bhakti 2019-2022

PENDAHULUAN

Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 adalah Jembatan Emas, dan di seberang Jembatan Emas itulah terbentang medan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang berdaulat, adil dan makmur, dan yang di dalamnya akan terjamin selamat dan sejahteranya kaum marhaen. Adalah menjadi tugas dan kewajiban semua elemen bangsa Indonesia untuk merealisasikan kerja perjuangan nasional di atas., Maka, keluar dari rel cita-cita perjuangan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 45 adalah suatu penghianatan.

GmnI sebagai salah satu elemen bangsa sekaligus elemen muda nasionalis tidak mungkin dan tidak akan mungkin melepas tugas dan tanggung jawab untuk memikul beban perjuangan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia tersebut. Sebagai elemen muda nasionalis GmnI telah menetapkan dirinya sebagai PEJUANG PEMIKIR -- PEMIKIR PEJUANG yang berasaskan MARHAENISME. Bagi GmnI sebagaimana juga telah disampaikan oleh Soekarno, bahwa Marhaenisme adalah Asas dan Asas Perjuangan -- yang dengan kata lain adalah Teori Politik dan Teori Perjuangan.

Sebagai Teori Politik, Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa telah dirumuskan sebagai Pancasila yang kemudian dijadikan Dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karenanya, GmnI akan berada di garis depan dalam mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara. Sebagai Teori Perjuangan, Marhaenisme bersifat dinamis sehingga harus diaktualisasikan sejalan perkembangan zaman dan tantangan politik riil.

Atas Dasar Pemikiran di atas GmnI menetapkan Garis Perjuangannya sebagai berikut:

Sebagai Pejuang Pemikir, GmnI mengandalkan pemikiran dan Ilmu Pengetahuan (The Power of Knowledge) sebagai senjata utamanya dalam mengawal Pancasila serta memperjuangkan selamat dan sejahteranya kaum Marhaen.

GmnI sebagai Pemikir-Pejuang, akan mengorientasikan seluruh pemikiran dan pengetahuan yang dikuasainya bagi selamatnya hidup kaum Marhaen.

Dalam setiap gerak juangnya, GmnI akan selalu mengaktualisasikan asas perjuangan Marhaenisme sejalan dengan perkembangan zaman dalam bentangan landscape politik aktual, sehingga ideologi marhaenisme tidak mengalami kelapukan.

PELUANG DAN TANTANGAN

Sebagai elemen muda nasionalis, visi Gmni sebagai patriot rasional yang mengandalkan kekuatan pengetahuan (The Power of Knowledge), telah sejalan dengan arah perkembangan zaman dimana di era revolusi industry 4.0 telah terjadi pergeseran sumber daya politik, dari The Power of Money yang bergeser menjadi The Power of Knowledge.

Sebagai elemen muda, GmnI berada dalam arus utama Bonus Demografi yang dialami bangsa Indonesia.

Dalam posisinya itu, dengan berbekal kekuatan pengetahuan Gmni menyadari dengan sepenuhnya gerak dialektika perubahan menuju zaman baru. Satu zaman yang diawali dengan pergeseran pusat pertumbuhan ekonomi dari Atlantik ke Pasifik, perkembangan teknologi yang bersifat eksponensial seiring laju revolusi industri 4.0 yang akan mengubah secara fundamental institusi-institusi mapan, tatanan sosial, pola hubungan antar manusia, bahkan cara berpikir masyarakat.

Maka, GmnI harus menempatkan diri sebagai garda depan dalam mempersiapkan bangsa Indonesia untuk mengarungi zaman baru. Adalah tugas maha berat dan besar, mengingat kondisi riil bangsa Indonesia saat ini. Bangsa yang nyaris robek-robek oleh politik identitas, korupsi dan perburuan rente merajalela, yang semuanya itu berlangsung dalam bingkai elektokrasi.

Elektokrasi yang merupakan bias demokrasi liberal yang diadopsi dari Barat yang hari ini di tempat kelahirannya sendiri sedang dalam proses declining. Dalam konteks elektokrasi, elite politik telah terjebak dalam pola pikir "dari Pemilu ke Pemilu". Pemilihan Umum (elektoral) yang sebenarnya hanyalah alat dan cara telah bergeser menjadi ideologi -- Electoralism.

Di lain sisi, pandemi Covid-19 yang bersifat global telah mengacaukan tatanan yang mapan yang selama ini menopang kehidupan manusia. Riuh globalisasi dan perdagangan bebas, yang selama ini memompa ekonomi dunia, seketika senyap. Rantai pasok global pun kacau, yang dapat mendisrupsi nafas kehidupan negara-bangsa. 

Semua ini membuktikan, kapitalisme sebagai satu-satunya "formula ajaib" bagi masalah sosial dunia telah gagal melindungi kemanusiaan. Kerapuhan sistem dunia dalam menghadapi pandemi telah menunjukkan bahwa tidak semuanya dapat diselesaikan dengan kebebasan pasar.

Hal ini juga menunjukan, prinsip-prinsip sistem ekonomi global yang dianut selama ini serta menjadi ideologi dominan perlu ditinjau ulang dengan pikiran yang terbuka. Prinsip yang paling penting untuk ditinjau ulang adalah ideologi neoliberal. Fundamentalisme pasar bebas justru mengikis peluang dan potensi negara-bangsa untuk menyelesaikan masalahnya di masa pandemi, justru merusak perekonomian dunia, serta hanya memunculkan monopoli global baru.

Di Indonesia, pandemi Covid-19 justru menambah jumlah orang kaya. Laporan Credit Suisse menyebutkan, terdapat 171,7 ribu orang Indonesia yang memiliki kekayaan bersih diatas US$ 1 juta (Rp 14,5 miliar) pada 2020. Jumlah tersebut meningkat 61,7% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 106,2 ribu orang. Dibandingkan total 270 juta penduduk, jumlah orang kaya itu setara dengan 0,1% populasi.

Artinya, penghasilan orang kaya di Indonesia tidak berpengaruh signifikan selama pandemi Covid-19, namun justru bertambah. Di lain sisi, kemampuan orang miskin untuk bertahan hidup sangat sulit.

Untuk itu, bagi GmnI untuk menyelesaikan masalah ketimpangan yang kian melebar di masa pandemi dan mengangkat hidup orang miskin, pemerintah tidak cukup hanya memberikan bantuan sosial namun juga harus memberlakukan pajak progresif, yaitu pengenaan pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya yang dimaksudkan untuk mereduksi ketimpangan.

GARIS PERJUANGAN

Secara internal, GmnI akan terus menerus melakukan pendidikan kader ideologis yang siap menghadapi zaman baru, membangun dan memperkuat The Power of Knowledge, kader yang tanggap dan cerdas dalam mengapresiasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Secara horizontal, GmnI akan melakukan pendidikan politik bagi kaum muda Indonesia dengan berbagai media dan cara sesuai cara hidup kaum milenial.

GmnI memiliki tugas membangun sebuah lapisan sosial baru yang akan menjadi pemandu masyarakat sekitarnya dalam menghadapi zaman baru.

GmnI harus terus mengawal secara kritis kebijakan negara dalam rangka memperjuangkan dan menjamin selamat dan sejahteranya kaum Marhaen. Terutama di masa pandemi ini, semua sumber daya organisasi di berbagai tingkatan harus diarahkan untuk melindungi dan menjamin selamatnya hidup kaum Marhaen. Karena keberpihakan pada selamatnya hidup kaum Marhaen adalah identitas dasar keberadaan GmnI.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun