Murjiah merupakan kelompok yang memilih netral saat terjadinya tafkhim. Mereka tidak ingin mendapat hujatan sehingga memutuskan untuk tidak ikut campur atau cenderung memisahkan diri dari perselisihan tersebut. Kelompok Murjian berprinsip bahwa penetapan kafir atau tidaknya seseorang dikembalikan kepada Allah SWT.
4. Qadariyah,
Qadariyah merupakan kelompok yang meyakini bahwa kebebasan dalam menjalani kehidupan adalah milik setiap orang. Adapun perbuatan baik dan buruk yang dilakukan adalah atas kehendak diri. Kelompok ini dikatakan sebagai sebuah siasat politik untuk melawan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah yang dirasa melampaui batas dan dipelopori oleh Ghilan Ad-Dimasqyi yakni pemuka aliran Murjiah.
5. Jabariyah,
Jabariyah merupakan kelompokyang meyakini bahwa segala perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan manusia sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta. Pemahaman ini muncul dari seorang bernama Jahm bin Safwan dari Khurasan. Aliran ini mulai muncul pada masa Bani Umayyah dan banyak membahas mengenai masalah Qadha dan Qadar.
6. Mu’tazilah,
Mu’tazilah merupakan kelompok yang memisahkan diri dari umat Islam karena adanya kekecewaan terhadap keputusan dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang memberikan kepemimpinan kepada Muawiyah. Kaum Mu’tazilah ini pertama kali muncul di Baghdad dan terkenal dengan sebutan kaum rasionalis Islam karena mereka mereduksi problematika aliran menyimpang melalui akal dan logika.
7. As’ariyah,
As’ariyah merupakan kelompok yang muncul untuk menjawab kelemahan dari Mu’tazilah yang tidak dapat menjawab persoalan dari As’ariyah. Jadi As’ariyah merupakan aliran yang memiliki nilai-nilai pembaharuan yang ajarannya bercorak konvensional dengan mengedapankan Al-Qur’an dan Hadist sehingga dapat berkembang pesat dala waktu singkat terutama di wilayah Basrah.
8. Maturidiyah,
Maturidiyah merupakan aliran yang dipelopori oleh Abu Mansur Al Maturidi. Kelompok ini muncul akibat ketidakpuasan terhadap aliran Mu’tazilah yang dianggap berlebihan dalam memberikan otoritas pada akal sehingga banyak prinsip ulama salaf tidak dapat diterima seutuhnya yang membuat kekhawatiran bagi umat Muslim. Oleh karena itu, kelompok ini mengembangkan metode pemikiran melalui sinkronisasi dalil Naqli dan Aqli yang menghadirkan prinsip Mu’tazilah yang rasional dan Hambali yang tradisional. Sehingga sebagian ulama berpandangan bahwa Maturidiyah merupakan titik temu antara As’ariyah dan Mu’tazilah sedangkan As’ariyah berpandangan bahwa titik temunya adalah Mu’tazilah dan Ahli Hadist. Adapun kaum As'ariyah dan Maturidiyah ini sering disebut sebagai Ahlu Sunnah Wal Jama'ah.