Bagi para peninjau dan peneliti budaya Jawa tentu saja karya Denys Lombard ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Sekalipun edisi Prancis nisbi baru diterbitkan pada tahun 1989, dan tujuh tahun sejak naskah aslinya diterjemahkan dalam edisi Indonesia, karya agung Denys Lombard ini segera menjadi salah satu karya klasik di antara pelbaga belajar historiografi dan sosiobudaya Jawa selama ini.
Studi Kritis Karya “Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid 1 Batas-Batas Pembaratan”
Buku Nusa Jawa: Silang Budaya mencakup keseluruhan sejarah Pulau Jawa sambil menganalisis unsur-unsur dasar kebudayaannya. Penulis merintis sebuah pendekatan yang sangat orisinil - semacam "geologi budaya" - dengan mengamati berbagai lapisan budaya, mulai dari yang tampak nyata sampai yang terpendam dalam sejarah. Setiap lapisan budaya itu menjelaskan sejarah perkembangannya, dan menguraikan unsur-unsur masyarakat yang berkembangnya. Pertama-tama dibahas unsur-unsur budaya modern, yaitu pengaruh zaman Eropa; kedua, unsur budaya yang terbentuk sebagai dampak masuknya agama Islam dan hubungan dengan dunia Cina; dan ketiga, unsur budaya yang dipengaruhi oleh peradaban India.
Indonesia, dan Pulau Jawa khususnya, selama dua ribu tahun sejarahnya, telah menjadi sebuah persilangan budaya: peradaban-peradaban yang terpenting di dunia (India, Islam, Cina, dan Eropa) bertemu di situ, diterima, diolah, dikembangkan, dan diperbarui. Bagi seorang sejarawan, Pulau Jawa merupakan sebuah contoh yang luar biasa untuk penelitian konsep-konsep tradisi, pengaruh budaya, kesukuan, dan akulturasi.
Pada buku bagian pertama ini Deny lombard mengamati “Batas-batas Pembaratan”, yaitu dampak dan perkembangan hubungan Jawa dengan Eropa, dengan mempergunakan sumber-sumber Belanda dan Indonesia. Dalam bagian pertama Deny lombard memulai dengan dua bab pendahuluan: pertama diberi pandangan umum dari segi geohistoris tentang Pulau Jawa dalam konteks Asia Tenggara. Kemudian dijelaskan bagaimana dalam pandangan Barat mulai timbul citra Jawa sebagai dunia eksotis, dalam rangka “eksotisme” yang tersebar luas di Barat sejak zaman romanisme. Dibicarakan proses kolonisasi, kemudian kemerdekaan dengan segala ambiguitasnya dari segi pembaratan.
Dalam keseluruhan bukunya Lombard terbukti penganut mazhab ilmu.sejarah yang Tekanan "mentalitas", jadi diusahakannya untuk melacak dampak penjajahan, dan lebiH urnurn kontak antarbangsa di bidang politik, ekonomi dan sosio-budaya, juga setelah tahun 1945, pada Kebudayaan dan mentalitas bangsa Indonesia, khususnya penduduk Pulau Jawa. Disimaknya intiinti atau sel-sel pembaratan: masyarakat kristiani, para priyayi, tentara serta Kebudayaan yang bersangkutan. Bab a.khir yang betjudul Konversi atau rejet? (Pemelukan atau penolakan?) mencoba memberi semacam evaluasi: pada satu pihak ada golongan- golongan dan bidang-bidang masyarakat kehidupan di mana pembaratan kiri dampak yang cukup jelas pada mentalitas Indonesia, tetapi di bidang lain ada juga gejala yang disebut le retour aux source "orientales", kembali ke sumber-sumber ke-"timur"-an; khususnya disinyalir semacam indonesianisasi tradisi Jawa dalam sibatang politik (Pancasila), dan dalam usaha pemahlawanan tokoh-tokoh nasional.
Karya yang ditulis oleh Denys Lombard ini mensejajarkan dirinya dengan ahli sejarawan lainnya seperti Thomas Kuhn, PJ Veth, NJ Krom, Clifford Geertz, Koentjaraningrat, sebagai peneliti yang telah memberikan pembelajaran mendasar mengenai sejarah kehidupan masyarakat di Pulau Jawa.
Andries "Hans" Teeuw mencatat tebal buku ini lebih dari 1.000 halaman yang terdiri dari 3 jilid buku dan memiliki 2.500 kaki catatan. Tebal Halaman daftar pustakanya mencapai hingga 60 halaman, plus 45 halaman daftar Keseriusan belajar historiografi ini membuat karya ini, menurut Teeuw, merupakan karya raksasa yang bersifat ensiklopedis tentang Sejarah sosio-kultural Jawa lama konteks Asia dan dunia.
Merujuk Sartono Kartodirjo (1996) dalam buku edisi bahasa Indonesia, selain termasuk kategori studi sejarah kritis, karya Lombard ini merupakan bentuk lawan dari sejarah kolonial. Masih seturut Kartodirjo, pendekatan rekonstruksi sejarah karya Lombard ini berangkat dari tradisi Braudelian dan Mazhab Annales. Mazhab Annales lahir dari ketidakpuasan akan sejarah "tradisional" atau "konvensional”, yang oleh publik akademis Prancis sering disebut “ecole”.
Dalam kerangka ini, sejarah konvensional cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal besar dan penting, yang oleh pemerhatinya dianggap menentukan perjalanan sejarah secara keseluruhan. Karena itulah sejarah tipe ini cenderung sangat “elitis', dan semata-mata fokus memberikan narasi-narasi tentang raja atau elite penguasa pada umumnya. Sehingga sejarah dalam arti mempunyai kecenderungan konvensional yang kuat menjadi sejarah politik belaka.
Di sisi lain Mazhab Annales sebagai antitesis kecenderungan sejarah konvensional, mengambil perspektif sebaliknya. Fokus penulisan sejarah mazhab ini adalah, merekonstruksi sejarah sosial sebuah masyarakat, yang mengacu pada sejumlah aktivitas manusia yang sangat luas meliputi kebiasaan (cara), adat-istiadat (adat istiadat ), dan kehidupan sehari-hari (kehidupan sehari -hari).Ciri lainnya ini adalah sifat inter atau multi disipliner dalam metodologi penelitian mereka.YA, historiografi Mazhab Annales menjadikan seluruh aktivitas manusia sebagai sejarah. Dalam proses kerja metodologisnya, kelompok Annales sangat menekankan pada kerjasama dengan ilmu-ilmu yang lain. Madzhab Annales tekanan pada keberagaman disiplin ilmu dan menjadikan jurnal mereka sebagai forum untuk ke beragam arah dan pendekatan baru dalam penulisan sejarah.