Mohon tunggu...
Muhamad Abdul Malik Kholidin
Muhamad Abdul Malik Kholidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Magister Akuntansi - NIM 55523110001 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Besar 2_Pemeriksaan pajak_Diskursus Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan_Prof. Dr. Apollo, S.E., Ak., M.Si., CIFM.,

30 November 2024   07:14 Diperbarui: 30 November 2024   07:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Kesadaran Kontekstual

Pengakuan Terhadap Kontradiksi: Dialektika Hegelian mengajarkan bahwa setiap ide atau sistem memiliki kontradiksi internal yang perlu diatasi untuk mencapai pemahaman yang lebih tinggi. Dalam audit, auditor harus mampu mengenali dan menganalisis kontradiksi yang muncul dalam laporan keuangan atau praktik bisnis. Dengan pendekatan ini, auditor dapat memberikan rekomendasi yang tidak hanya bersifat teknis tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan moral yang terkandung dalam Hanacaraka.


4. Peningkatan Kualitas Audit

Pendekatan Holistik: Integrasi kedua pendekatan ini memungkinkan auditor untuk mengambil perspektif yang lebih luas. Dengan memahami konteks sosial dan budaya di mana organisasi beroperasi, auditor dapat memberikan analisis yang lebih mendalam dan relevan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas audit tetapi juga membantu organisasi dalam menciptakan sistem kontrol internal yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.


5. Dialog dan Partisipasi Stakeholder

Proses Dialogis: Dalam dialektika Hegelian, dialog antara tesis dan antitesis menghasilkan sintesis yang lebih baik. Dalam konteks audit, melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholders) dalam proses audit dapat menghasilkan pemahaman yang lebih kaya tentang isu-isu yang ada. Ini sejalan dengan nilai-nilai Hanacaraka yang menekankan pentingnya hubungan antar manusia dalam mencapai keseimbangan.

Melalui integrasi dialektika Hegelian dan Hanacaraka, praktik audit dapat menjadi lebih dari sekadar evaluasi angka; ia menjadi proses reflektif yang mempertimbangkan nilai-nilai etika, tanggung jawab sosial, dan konteks budaya. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efektivitas audit tetapi juga memperkaya pemahaman tentang peran auditor dalam masyarakat.

Diagram empat lapisan dari model dialektika Hanacaraka dalam proses audit

Diagram empat lapisan dari model dialektika Hanacaraka dalam proses audit merupakan representasi visual yang menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip dialektika Hanacaraka dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas audit. Model ini menekankan pentingnya interaksi antara berbagai elemen dalam proses audit, dengan fokus pada nilai-nilai moral dan etika. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap lapisan dalam diagram tersebut:

Gambar pengolahan oleh penulis
Gambar pengolahan oleh penulis

         1. Lapisan Pertama: Tesis

  • Definisi: Ini adalah pernyataan awal atau kondisi yang ada sebelum audit dilakukan. Dalam konteks audit, tesis dapat berupa kebijakan, prosedur, dan standar yang diterapkan oleh organisasi.
  • Contoh dalam Audit: Kebijakan akuntansi yang diadopsi oleh perusahaan sebagai dasar untuk laporan keuangan.
    2. Lapisan Kedua: Antitesis
  • Definisi: Ini adalah tantangan atau penyangkalan terhadap tesis. Pada tahap ini, auditor mengidentifikasi masalah atau ketidaksesuaian yang muncul dari praktik yang ada.
  • Contoh dalam Audit: Temuan audit yang menunjukkan adanya penyimpangan dari kebijakan akuntansi, seperti pencatatan transaksi yang tidak akurat atau ketidakpatuhan terhadap regulasi.
    3. Lapisan Ketiga: Sintesis
  • Definisi: Sintesis merupakan hasil dari interaksi antara tesis dan antitesis. Ini mencakup solusi atau rekomendasi yang dihasilkan untuk memperbaiki masalah yang diidentifikasi.
  • Contoh dalam Audit: Rekomendasi untuk memperbaiki sistem kontrol internal berdasarkan temuan audit, seperti peningkatan pelatihan bagi staf akuntansi atau revisi prosedur pencatatan transaksi.
    4. Lapisan Keempat: Refleksi dan Peningkatan Berkelanjutan
  • Definisi: Lapisan ini mencakup evaluasi berkelanjutan terhadap hasil sintesis dan implementasinya. Ini menekankan pentingnya refleksi atas proses audit untuk memastikan bahwa perubahan yang dilakukan efektif dan berkelanjutan.
  • Contoh dalam Audit: Melakukan audit lanjutan untuk menilai apakah rekomendasi telah diterapkan dengan baik dan apakah ada perbaikan dalam laporan keuangan serta kepatuhan terhadap kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun