Mohon tunggu...
Muhamad ArdiAzizi
Muhamad ArdiAzizi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Selamat Datang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Dialogis Perspektif Paulo Freire terhadap Pembelajaran Jarak Jauh

11 Januari 2021   08:27 Diperbarui: 11 Januari 2021   09:11 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Berbagai masalah yang terjadi akibat kurangnya berfikir kritis seperti yang dikatakan Freire akan terjadinya kebekuan berfikir dan tidak munculnya kesadaran kritis pada diri murid seperti layaknya tabungan yang tidak pernah terisi. Sehingga daya kreatif menjadi terbelenggu dan tercipta kebodohan absolut, dengan adanya kebodohan ini merupakan suatu penindasan kesadaran manusia karena proses berfikir yang ada direnggut suatu keadaan yang menghambat. 

Keadaan ini secara tidak sadar membuat mahasiwa/i menjadi sesorang yang belum menjadi manusia yang bebas dalam berfikir seperti apa yang dinamakan pendidikan yang membebaskan. Jika keadaannya sudah seperti ini maka lembaga pendidikan tidak berjalan dengan sebagimana fungsinya sepertu yang dikatakatan menurut Anwar (2015 : 168), sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak atau peserta didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur, sistematis, dan komprehensif serta kritis. Sehingga, anak atau peserta didik memiliki wawasan,kemampuan, dan kesempatan yang luas.


Menurut Suparno (2001 : 26), dalam menjelaskan hubungan guru dan murid, Freire berpendapat pentingnya dialog dalam proses belajar mengajar karena dalam dialog itu mereka saling menghargai, saling belajar, saling menghindarkan dari tekanan penguasa. Dalam hal ini pentingnya dialog kritis yang dilakukan terutama saat pembelajaran jarak jauh sehingga bisa dikembangkan oleh dosen maupun mahasiswa/i dari terciptanya pemikiran-pemikiran yang dikeluarkan. Pemikiran-pemikiran yang sudah di kembangkan ini bukan hanya sebagai memepertahankan identitas natara dosen dan mahasiswa/i namun juga bisa dikembangkan bersama serta dialog yang tercipta tidak ada unsur untuk saling mendominasi satu sama lain.


Menurut Freire (2001 : 62), bila dialog semakin mendalam, terjadilah perubahan-perubahan dalam diri peserta, bergerak ke arah penemuan bahwa kodofikasi menampilkan realitas eksistensial diri mereka sendiri. Menurutnya juga peran pendidik perlu memasuki ruang-ruang dialog kepada siswanya dan pendidikan tidak dijalankan dari atas ke bawah tetap dijalankan dari dalam ke luar agar peserta didik dapat menemukan metode yang tepat dalam proses pembelajaran yang dilakukan. 

Ini sama halnya dengan peran dari dosen maupun tenaga pendidik lainnya harus bisa menjadi wadah untuk terciptanya dialog secara mendalam serta harus bisa memposisikan diri dan memberikan pengajaran bukan karena tingkatan tapi karena adanya jalinan kasih satu sama lain serta bisa mengerti keadaan yang dirasakan peserta didik. Sehingga dengan adanya proses penanaman pembelajaran yang tepat diharapkan tidak ada lagi budaya kebisuan yang terjadi, adanya diskusi yang lancar serta kritis yang kemudian hasil akhir yang diperoleh yaitu pendidikan yang kritis melalui metode dialogis.

Dalam masa pembelajaran jarak jauh masih memiliki berbagai macam kendala yang sering terjadi dintaranya kurangnya interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik, termasuk apa yang terjadi pada perguruan tinggi. Karena pembelajaran jarak jauh ini hanya satu arah sehingga memunculkan budaya kebisuan karena kurangnya dialog dan tidak terbangunnya daya fikir kritis mahasiswa/i. Selain itu dengan adanya kendala demikian maka esensi dari pendidikan menjadi kurang bernilai karena kurangnya proses dalam meraih ilmu yang dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan maupun tenaga pendidik harus menunjukkan  ideologi idealismenya, dengan mengutamakan dalam pendidikannya, yang kemduai perlu cara mengetahui bagaimana peserta didik memahami, mengkritik, memproduksi dan menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk memahami realitas hidup dan mengubahnya. Proses pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kesadaran kritis peserta didik. Dengan proses pendidikan dialogis ala Paulo Freire sehingga mahasiswa/i

Daftar Pustaka
Freire, Paulo. 2001. Pendidikan Yang Membebaskan. Jakarta Timur : Media Lintas Batas.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta CV.
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Suparno, Paul. 2001. Relevansi dan Reorientasi Pendidikan di Indonesia
Samsudin, Umar. 2020. Pendidikan Kritis di Era Pandemi Covid 19 dan Media Sosial. Tarbawi, 3. (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun