Muhamad Ardi Azizi
1405618007
Pendidikan Sosiologi
Indonesia saat ini dan seluruh dunia sedang mengalami era pandemi yang diakibatkan adanya virus covid-19. Virus ini bisa menular melalui bersentuhan langsung, droplet udara maupun kontak fisik yang jaraknya cukup dekat. Adanya virus covid-19 di Indonesia pertama kali muncul pada saat bulan Maret 2020 dan sekarang jumlah kasus yang terkena virus covid-19 semakin banyak. Tercatat sampai saat ini jumlah yang terkena covid mencapai 828.026 kasus. Dengan adanya keadaan pandemi maka pemerintah menerapkan beberapa kebijakan yang bisa meminimalisir penularan virus ini, seperti halnya penerapan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, berjaga jarak, menghindari kerumunan maupun selalu membawa handsanitizer.
Keadaan ini tentu membuat beberapa sektor kehidupan terganggu maupun terhambat, misalnya sektor pertanian, sektor ekonomi, sektor sosial maupun sektor pendidikan. Lalu pemerintah membuat suatu kebijakan baru untuk mengsiasati agar sektor-sektor tersebut bisa tetap berjalan walau sedang keadaan pandemi. Tidak terkecuali dalam hal sektor pendidikan yang menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh atau biasa di sebut PJJ. Dengan adanya pembelajaran jarak jauh diharapkan sektor pendidikan bisa tetap berjalan dengan semestinya secara efektif dan efisien walaupun hanya tatap muka secara daring.
Pembelajaran jarak jauh dinilai sebagai solusi paling tepat dalam sektor pendidikan guna mempersiapkan tantangan yang dihadapi di era new normal. Meskipun memang banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk melakukan kebijakan PJJ dan perlu adanya analisis penanganan yang tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada ketika PJJ dilaksanakan. Terlebih lagi di Indonesia yang merupakan salah satu wilayah yang cukup luas dengan kondisi geografis yang berbeda menjadi tantangan tersendiri untuk sektor pendidikan.
Masalah dalam pembelajaran jarak jauh memang banyak dan harus bisa segara diatasi seperti halnya masih kurang meratanya sistem pendidikan di Indonesia, tidak adanya jaringan internet yang memadai, maupun kurangnya fasilitas peserta didik untuk dapat melakukan pembelajaran jarak jauh. Selain masalah teknis ada juga permasalah non teknis yang harus diperhatikan dan jangan sampai diabaikan. Menurut Munir (2009 : 177), ada beberapa masalah yang dihadapi ketika pembelajaran jarak jauh diantaranya terjadi kesalahan pemahaman pembelajar terhadap materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran sehingga persepsi pengajar dan pembelajar terhadap materi pembelajaran dan tujuan yang harus dicapai mungkin berbeda, sulitnya memilih media pembelajaran yang efektif dan interaktif sesuai dengan keinginan dan minat pembelajar maupun karena tidak ada atau kurangnya interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau pembelajar dengan pembelajar lainnya.
Dengan adanya masalah tersebut terutama dalam hal interaksi maupun dialog yang hanya satu arah tentu akan berdampak terhadap proses pembelajaran yang dilakukan terutama bagi pendidikan di perguruan tinggi yang didalam proses pembelajarannya melibatkan interaksi, diskusi, maupun proses berfikir yang melibatkan beberapa pendapat dari mahasiswa/i maupun dosen yang mengajar.
Salah satu tokoh yang ikut berperan andil dalam teori pendidikan yaitu Paulo Freire yang memiliki corak pemikiran pendidikan sebagai praktik kebebasan yang fokus perhatiannya kesadaran kritis. Konsep yang Paulo Freire berikan yaitu melalui pendidikan dialogis yang implikasinya adanya daya kritis serta interaksi yang aktif antara tenaga pendidik dan peserta didik. Menurut Samsudin (2020 : 164) Freire menggunakan penyadaran sebagai metode pendekatan bagi individu dan masyarakat dalam mengembangkan pemahaman kritis tentang realitas social melalui refleksi dan tindakan.Â
Menurutnya individu harus secara sadar memiliki untuk mengutarakan pemikirannya. Namun masalah yang dihadapi ketika dilaksanakan pembelajaran jarak jauh justru kurangnya dialog interaktif antara mahasiswa/i dengan dosen karena tidak bisa bertatap muka secara langsung sehingga apa yang dikatakan Freire yang dimana individu harus bisa merefleksikan secara sadar untuk mengutarakan pemikirannya ini terkait dengan proses diskusi yang seharusnya bisa dilakukan dalam ruang kelas tapi saat ini ada sebuah sekat yang menjadi penghalang untuk berdiskusi dan pemikiran yang dibatasi.
Kurangnya interaksi melalui dialog juga semakin terganggu jika adanya kendala teknis seperti tidak ada jaringan internet maupun platform pembelajaran yang digunakan sering eror. Jika keadaan ini terus terjadi maka adanya ketidaksesuain model pembelajaran yang terjadi dalam pendidikan kritis sehingga dapat menimbulkan masalah yang kompleks bagi peserta didik dan tidak terarahnya tujuan pembelajaran serta esensi dari pembelajaran yang dilakukan. Meskipun memang dalam ranah perguruan tinggi para mahasiswa/i tidak lagi diberikan transfer ilmu secara terus menerus sewaktu masih berseragam sekolah menengah atas yang kalau Freire menamakan pendidikan gaya bank dan harus terbiasa dengan pola belajar andragogi atau pembelajaran orang dewasa, tapi jika kurangnya dialog maupun terbatasnya ruang untuk menyampaikan pemikiranya satu sama lain tentu ilmu yang sudah di serap tidak bisa berkembang karena tidak adanya pemikiran diskusi yang kritis.